Saturday, April 20, 2019

WAWASAN NUSANTARA PAWAI OGOH – OGOH DI BALI


KATA PENGANTAR

OM SWASTYASTU,
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karen atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Wawasan Nusantara : Tentang Pawai Ogoh-Ogoh”. Saya pun berterima kasih kepada guru pembimbing yang telah memberikan materi ini dan segala pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
            Saya berharap makalah ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan juga pengalaman bagi para pembaca. Saya tahu masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu, saya meminta maaf apabila masih banyak kekurangan dalam makalah ini dikarenakan keterbatasan dan kemampuan yang saya miliki.
SEKIAN, TERIMA KASIH
OM SANTHI, SANTHI, SANTHI OM



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................    i
DAFTAR ISI....................................................................................................    ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................    1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................    2
1.3 Tujuan.........................................................................................................    2
1.4 Manfaat.......................................................................................................    3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ogoh-Ogoh...............................................................................    4
2.2 Sejarah Ogoh-Ogoh....................................................................................    4
2.3 Makna dan Tujuan Pawai Ogoh-Ogoh.......................................................    6
2.4 Proses Pawai Ogoh-Ogoh...........................................................................    6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................    9
3.2 Saran...........................................................................................................    9


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
            Wawasan nusantara merupakan salah satu hal penting yang dapat memperkuat persatuan bangsa. Secara etimologis, kata wawasan nusantara berasal dari bahasa Jawa, yaitu wawas, nusa, dan antara. Wawas berarti pandangan, tinjauan, penglihatan indrawi. Nusa berarti pulau atau kesatuan kepulauan dan antara berarti dua benua dan dua samudera. Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap kesatuan kepulauan yang berada diantara dua benua dan dua samudera. Wawasan nusantara dapat membantu menyelaraskan cara berpikir masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Ada 2 konsep penerapan wawasan nusantara yang dapat dilakukan, yaitu Trigatra dan Pancagatra. Trigatra merupakan aspek-aspek suatu negara yang memang sudah melekat pada negara itu dan tidak pernah sama spesifikasinya untuk setiap negara. Aspek-aspek Trigatra natara lain letak dan bentuk geografis, keadaan dan kemampuan penduduk, dan keadaan dan kekayaan alam. Sedangkan Pancagatra adalah aspek-aspek kehidupan nasional yang menyangkut kehidupan dan pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat dan bernegara. Aspek-aspek Pancagatra antara lain ideology, politik ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Sosial budaya merupakan salah satu aspek yang banyak keanekaragamannya. Setiap wilayah di Indonesia pasti memiliki kehidupan sosial budaya yang berbeda, salah satu contohnya adalag Pulau Bali.
            Bali merupakan salah satu wilayah kepulauan yang ada di Indonesia yang memiliki banyak keunikan di dalamnya. Tidak hanya keindahan alamnya saja yang menarik perhatian, namun Bali juga memiliki berebagai macam tradisi dan budaya yang melimpah yang tersebar di berbagai daerah. Keunikan tradisi dan budaya yang ada di Bali tidak akan bisa ditemukan di daerah-daerah lainnya. Tradisi dan budaya yang ada di Bali merupakan warisan dari para leluhur yang harus terus dijaga dan dilestarikan agar tidak punah terbawa arus globalisasi. Meskipun zaman telah berkembang, namun tradisi, adat dan budaya yang ada di Bali tidak punah dikarenakan kesadaran dari pemuda-pemudi Bali yang dengan sadar dan selalu menjaga warisan leluhur mereka. Tradisi dan budaya yang ada di Bali tidak hanya untuk hiburan semata, namun memiliki tujuan dan makna penting di dalamnya. Salah satu contoh tradisi yang menarik minat masyarakat adalah Pawai Ogoh-Ogoh.
Seperti diketahui pawai ogoh-ogoh di Bali digelar setiap tahun sekali, pawai ini hampir bisa ditemukan di seluruh pelosok desa dan kota dalam rangkaian upacara Ngerupuk (Pengrupukan) yang dilaksanakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Pawai ogoh-ogoh tersebut tentunya tidak asing lagi bagi penduduk lokal, tetapi akan cukup spesial bagi wisatawan yang sedang liburan di Bali. Pawai ogoh-ogoh di Bali adalah sebuah rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi, memang sebelum menyambut kedatangan tahun baru Isaka yang dirayakan dengan Catur Berata Penyepian ada beberapa rangkaian upacara atau ritual keagamaan yang dilaksanakan oleh umat Hindu, seperti 3-4 hari sebelum Nyepi digelar upacara Melasti di Bali, dengan tujuan menghilangkan segala penderitaan manusia, menghanyutkan segala kotoran alam dan mengambil sari-sari kehidupan, kemudian sehari menjelang Hari Raya Nyepi dikenal dengan Hari Raya Ngerupuk atau Pengrupukan, memberikan sesajen kepada Bhuta Kala kemudian mengusirnya untuk kembali ke tempatnya masing-masing yang disimbolkan dalam bentuk ogoh-ogoh kemudian di arak keliling desa.
Dari latar belakang diatas maka munculah ide untuk membahas lebih dalam mengenai salah satu tradisi di Bali tersebut yaitu pawai ogoh-ogoh yang hanya dilakukan setahun sekali saja.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan ogoh-ogoh ?
2.      Bagaimanakan sejarah adanya ogoh-ogoh di Bali ?
3.      Apa makna dan tujuan dari pawai ogoh-ogoh ?
4.      Bagaimana pelaksanaan pawai ogoh-ogoh ?

1.3 Tujuan
            Tujuan dari dibuatnya makalah ini, antara lain :
1.      Mengenal lebih jauh tentang ogoh-ogoh.
2.      Mengetahui makna, tujuan dan sejarah dari pawai ogoh-ogoh di Bali.
3.      Mengetahui tradisi yang ada di Bali dengan lebih mendalam.

1.4 Manfaat
            Manfaat dibuatnya makalah ini adalah :
1.      Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang pawai ogoh-ogoh.
2.      Menambah wawasan penulis tentang tradisi di Bali.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ogoh-Ogoh
Ogoh-ogoh biasanya dibuat berukuran besar atau tubuh raksasa tampil menyeramkan, bahkan bisa berwujud manusia yang mewakili mental kotor atau buruk, wujud binatang dan penghuni neraka, semua dibuat dengan kreasi seni biasanya oleh para pemuda dan anak-anak dalam sebuah desa ataupun banjar yang tergabung dalam Sekee Teruna-Teruni (organisasi pemuda-pemudi di Bali).
Ogoh-ogoh sendiri sebagai simbol wujud Bhuta Kala yang menyeramkan atau sifat yang menggambarkan bhuta kala seperti wujud seorang koruptor, teroris dan penjahat. Bahan pembuatan ogoh-ogoh tersebut dari anyaman bambu, kemudian dilapisi dengan kertas-kertas bekas seperti koran, kemudian diwarnai dan dilengkapi dengan berbagai hiasan, proses pembuatannya sendiri bisa memakan waktu lama bisa berminggu-minggu bahkan bulanan, sesuai tingkat kerumitan yang ditampilkan.
Seiring waktu patung ogoh-ogoh tersebut dibuat dengan bahan dasar styrofoam, sehingga lebih mudah untuk membentuknya dan bisa menghasilkan bidang lebih halus, namun dalam lomba saat pawai ogoh-ogoh panitia biasanya memberi syarat khusus agar pembuatan ogoh-ogoh tersebut agar menggunakan bahan ramah lingkungan sehingga bahan styrofoam tidak diperbolehkan. Sebelum ogoh-ogoh tersebut diarak keliling terlebih dahulu diadakan ritual khusus.

2.2 Sejarah Ogoh-Ogoh
Sejarah Ogoh-ogoh terjadi pada zaman Dalem Balikang, saat itu ogoh-ogoh digunakan untuk upacara pitra yadnya dan ada juga yang mengatakan tradisi ogoh-ogoh ini berawal dari tradisi Ngusaba Ngong-Nging yang ada di desa Selat,Karangasem.Ada juga pendapat lain yang menyatakan ogoh-ogoh ini muncul karena barong landung yang merupakan wujud dari Raja Jaya Pangus dan Putri Kang Cing Wei (suami istri) yang memiliki wajah buruk dan menyeramkan dan saat itu pula munculnya ogoh-ogoh.Informasi lain mengatakan tradisi ogoh-ogoh ini ada di tahun 70-80an dan ada juga yang mengatakan bahwa ogoh-ogoh terlahir karena adanya pengerajin patung yang merasa jenuh untuk membuat patung yang terbuat dari bahan keras dan memilih membuat patung yang terbuat dari bahan yang ringan.
Semakin majunya zaman semakin maju juga tradisi ogoh-ogoh ini, Tradisi Ogoh-ogoh ini juga semakin banyak yang meminati mulai dari turis dalam negeri maupun turis luar negeri yang adatang ke Bali. Ogoh-Ogoh merupakan sebuah benda yang besar dan berbentuk boneka raksasa.Ogoh-ogoh sendiri biasanya berbentuk Bhuta Kala atau roh-roh yang jahat. Biasanya pembuatan ogoh-ogoh ini akan dilakukan minggu-minggu sebelumnya atau bisa bulan-bulan sebelumnya karena bentuknya yang besar dan memerlukan ketelitian yang sangat tinggi dalam pembuatan tokohnya dan pembuatan ogoh-ogoh sendiri biasanya di buat oleh para pemuda di desa setempat. Masyarakat Bali bisa menghabiskan dana hingga milyaran rupiah dan dana itu dikeluarkan setiap tahunnya.
Terdapat banyak versi cerita mengenai awal mula munculnya tradisi ogoh-ogoh ini. Pertama, ada yang mengatakan bahwa awal mula tercetus ide membuat pawai ogoh-ogoh ini berkaitan dengan ditetapkannya Hari Raya Nyepi sebagai hari raya nasional oleh Presiden RI sekitar tahun 1983. Perayaan atas tersebut ditandai dengan dibuatnya seonggok benda mirip patung yang kini dikenal dengan nama ogoh-ogoh.
Pembuatan ogoh-ogoh pertama kali dilakukan di Br. Abiantubuh, Kesiman dengan pemrakarsanya, yaitu Bapak I Made Jayadi. Ketika itu bentuknya masih sederhana, tubuhnya yang terbuat dari ambu (daun muda dari pohon enau) ditambah dengan topeng seadanya.
Cerita lainnya menyebutkan bahwa ogoh-ogoh dikenal sejak jaman Dalem Balingkang, dimana pada saat itu ogoh-ogoh dipakai pada saat upacara Pitra Yadnya (upacara untuk menghormati leluhur).
Lalu, ada pula yang berpendapat bahwa ogoh-ogoh terinspirasi dari tradisi Ngusaba Ndong-Nding di Desa Selat Karangasem. Lalu, informasi lain menyebutkan bahwa ogoh-ogoh muncul sekitar tahun 70an.



2.3 Makna dan Tujuan Pawai Ogoh-Ogoh
Ogoh-ogoh merupakan penggambaran hal-hal buruk yang ada di dalam diri manusia, yang diwujudkan dalam berbagai wujud raksasa jahat. Sebab itulah, mengapa di akhir rangkaian acara arak-arakan, Ogoh-ogoh akan dibakar, hal tersebut merupakan simbol upaya manusia dalam melenyapkan sifat buruk yang ada di dalam diri. Sehingga dengan dibakarnya Ogoh-ogoh yang menjadi gambaran sifat buruk manusia, diharapkan umat Hindu dapat menjalankan ibadah Nyepi dengan keadaan yang seimbang.
Tujuan Ogoh-ogoh adalah sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi. Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.

2.4 Proses Pawai Ogoh-Ogoh

Dalam rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi yang terlebih dahulu dilaksanakan prosesi Melasti (Melis), kemudian sehari sebelum Nyepi ini dikenal dengan Hari Ngerupuk (Pengrupukan), pada hari inilah pawai ogoh-ogoh tersebut digelar, tepatnya pada petang hari atau sekitar pukul 18.00 wita tergantung pada kebijakan desa masing-masing. Pada saat hari tersebut digelar arak-arakan ataupun pawai ogoh-ogoh yang beraneka macam rupa diiringi oleh gamelan baleganjur yang membuat suasana semarak dan mengesankan. Selain untuk ritual juga sebagai hiburan, di Bali momen ini biasanya sangat ditunggu oleh kaum muda untuk bisa mengekspresikan jiwa seninya, serta para kaum dewasa, anak-anak dan bahkan wisatawan antusias untuk menyaksikan momen tersebut. Suguhan budaya Bali ini menjadi hiburan wisata juga bagi para pelancong.
Dilakukan dua tahapan upacara pada saat hari Ngerupuk (Ngesanga) ini, yang pertama adalah Mecaru yang merupakan persembahan beraneka sesajian dalam bentuk banten caru kepada bhuta kala, mulai  di rumah masing-masing, banjar dan juga desa setempat, pada sebuah desa dan kota biasanya dilakukan pada sebuah perempatan jalan utama. Tujuan dari Mecaru ini adalah untuk memberikan persembahan kepada Sang Bhuta agar para Bhuta Kala tersebut tidak mengganggu kegiatan manusia saat akan melaksanakan catur Brata Penyepian. Kemudian setelah ritual Mecaru tersebut selesai, maka pada sore harinya barulah dilakukan upacara Ngerupuk dibarengi pawai ogoh-ogoh.
Pada saat Ngerupuk (pengrupukan) dilakukan penebaran nasi tawur serta membawa obor keliling desa oleh para warga yang didominasi oleh para remaja, pada saat ini jugalah arak-arakan Ogoh-ogoh tersebut digelar. Seperti yang sudah dijelaskan ogoh-ogoh tersebut adalah simbol perwujuan bhuta kala, setelah diberikan persembahan (makan) para bhuta kala diarak keliling agar kembali ke tempatnya, karena setelah kenyang mendapatkan persembahan, bhuta kala diharapkan kembali ke alamnya, sehingga dunia menjadi damai tidak dipengaruhi hal-hal negatif yang biasanya dilakukan oleh Sang Bhuta. Setelah selesai prosesi pawai atau arak-arakan ogoh-ogoh di Bali, boneka atau patung tersebut akan dibakar, biasanya dilakukan di kuburan setempat, tetapi di beberapa tempat terkadang sengaja dibiarkan beberapa hari, mungkin masih cukup sayang jika hasil kreatifitas seninya untuk dibuang atau dibakar begitu saja.
Untuk menghindari gesekan dalam pawai ogoh-ogoh di Bali, apalagi peserta arak-arakan didominasi oleh para remaja yang memiliki tingkat emosional tinggi, pemerintah dan desa setempat biasanya memberlakukan kebijakan dan aturan ketat, seperti rute-rute yang sudah ditentukan, arak-arakan sesuai nomer urut dan juga menentukan titik keramaian tempat ogoh-ogoh tersebut beratraksi serta melibatkan aparat polisi dan juga pecalang (polisi adat), sehingga pawai ogoh-ogoh di Bali ini bisa melengkapi ajang tahunan yang menjadi daya tarik warga, penduduk pendatang dan juga wisatawan.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak suku bangsa, agama, adat istiadat, dan bahasa. Salah satu tradisi yang ada di Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya adalah Pawai Ogoh-Ogoh yang dilaksanakan setiap setahun sekali menjelang Hari Raya Nyepi di Bali.
            Ogoh-ogoh adalah sebuah patung raksasa yang menggambarkan sifat buruk dan jahat manusia seperti Bhuta Kala. Ogoh-ogoh berkembang dari zaman ke zaman dan sampai saat ini masih lestari di Bali karena masyarakat Bali sangat memegang teguh tradisi dan adat istiadatnya.

3.2 Saran
            Adapun saran yang dapat saya berikan adalah :
1.      Sebagai negara kepulauan maka kita sebagai warga negara Indonesia harus tetap bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
2.      Pemuda pemudi Indonesia harus tetap menjaga dan melestarikan warisan budaya dan adat istiadat dari leluhur agar tidak punah ditelan zaman.

No comments:

Post a Comment

PENGESTAWAN PEMANGKU PEMULA - TUNTUNAN PEMANGKU RING SEJERONING NGEMARGIANG DEWA YAJNA LAN BUTHA YADNYA

PENGESTAWAN PEMANGKU PEMULA - TUNTUNAN PEMANGKU RING SEJERONING NGEMARGIANG DEWA YAJNA LAN BUTHA YADNYA (Caru Ayam Brumbun) ...