BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Jaman
modern seperti saat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa maraknya teknologi yang
sangat canggih yang beredar di masyarakat. Sektor industri
teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini adalah teknologi ponsel cerdas
(smartphone), salah satu negara yang
sedang dilanda oleh kemajuan teknologi smartphone
ialah Indonesia.
Indonesia merupakan "raksasa teknologi digital Asia yang sedang
tertidur" jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 265 juta jiwa adalah
pasar yang besar. Pengguna smartphone Indonesia juga bertumbuh dengan pesat, lembaga
riset digital marketing emarketer
memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia
lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi
negara dengan pengguna aktif smartphone
terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika
(Kominfo.go.id, diakses 9 Oktober 2018).
Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang telah melakukan survei
terhadap masyarakat Indonesia menunjukan sekitar 83,5% menggunakan smartphone dalam mengakses internet.
Berikut ini adalah tabel hasil survei yang dilakukan APJII pengguna perangkat
telekomunikasi di Indonesia.
Tabel 1.1 Pengguna Perangkat Internet
|
||
Pengguna Perangkat Internet
|
Persentase
|
|
Smartphone dan Komputer
|
39,3 %
|
|
Smartphone
|
44,2 %
|
|
Komputer
|
4,5 %
|
|
Sumber
: APJII, 2017
|
Meningkatnya perkembangan
teknologi dan sektor telekomunikasi mengakibatkan jumlah pengguna smartphone di seluruh dunia semakin
meningkat (Lay-Yee et al., 2013). Trend
beralihnya smartphone menjadi barang
kebutuhan sekunder membuat permintaan masyarakat terhadap smartphone semakin meningkat. Tentu saja hal ini menjadi peluang
besar yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan produsen smartphone untuk menjual produknya ke pangsa pasar yang lebih luas.
Tingginya permintaan konsumen terhadap produk smartphone telah membuat persaingan yang sangat ketat, yang membuat
semua perusahaan selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
dengan cara selalu menginovasi produk mereka dengan teknologi dan fitur terbaru
(Agus dan Jatra, 2017).
Strategi yang
diterapkan suatu perusahaan akan berpengaruh langsung dalam membangun suatu
citra pada produk yang diproduksi. metode pemasaran tradisonal yaitu promosi Word of Mouth (WOM) atau lebih tepatnya
promosi dari mulut ke mulut masih merupakan jenis aktivitas pemasaran yang
paling efektif di Indonesia. Citra dari suatu produk akan dapat menjadi faktor
yang mempengaruhi terjadinya fenomena getok tular atau yang sering dikenal word of mouth. Word of mouth dapat
dikategorikan sebagai suatu metode yang sangat efektif dalam meyakinkan calon
konsumen karena calon konsumen cenderung lebih mempercayai orang – orang di
sekitarnya yang telah terlebih dahulu menggunakan produk atau jasa tertentu
dibandingkan dengan iklan ataupun sarana pemasaran lain yang digunakan oleh
para produsen (Aditya dan Wardana, 2017).
Little John dan Foss (2014:411) menyebutkan
bahwa komunikasi lisan sangat fleksibel dan organis, pesan-pesan lisan sangat
cepat dan bersifat sementara, sehingga individu dan kelompok harus menyimpan
informasi dalam pikiran mereka dan memberikannya lagi melalui pembicaraan. WOM
(word of mouth) lebih berpengaruh
dalam pemilihan produk daripada informasi yang diperoleh dari media cetak. Ada
banyak faktor dari mulut ke mulut yang mempertimbangkan konsumen sebagai sumber
informasi yang lebih disukai (Saba et
al., 2015). Konsumen akan menceritakan pengalamannya menggunakan produk
atau jasa dari suatu perusahaan tertentu, atau bahkan sampai tahap
merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada orang lain (Permadi dkk.,
2014). Sutrisna (2007) berpendapat komunikasi menjadikan orang dapat saling
berbagi informasi, bertukar pikiran, berbagi rasa dan memecah masalah yang
dihadapi. Komunikasi dilakukan antar pribadi, kelompok, komunitas hingga
komunitas antar bangsa. Setiap orang baik disadari atau tidak, melakukan komunikasi
baik secara verbal maupun non verbal.
Niat beli ditentukan
oleh manfaat dan nilai yang dirasakan oleh konsumen (Wang dan Tsai, 2014). Niat beli merupakan bentuk pikiran nyata dari
rencana konsumen untuk membeli produk dalam jumlah tertentu dari beberapa merek
yang tersedia dalam situasi tertentu. Kesediaan pelanggan
untuk membeli memiliki probabilitas yang lebih tinggi, meskipun pelanggan belum
tentu benar-benar membelinya.
Tjiptono (2005)
menjelaskan bahwa niat beli dapat ditingkatkan dengan memperhatikan beberapa factor,
antara lain :
1)
Faktor Psikis, merupakan
faktor yang berasal dari dalam diri konsumen, yaitu motivasi, persepsi,
pengetahuan, keyakinan, dan sikap yang ada di dalam diri masing-masing
individu;
2) Faktor
Sosial, merupakan proses dimana perilaku seseorang dipengaruhi orang lain dan
kebudayaan yang ada di sekitarnya seperti ; keluarga, status sosial, dan
kelompok acuan;
3)
Pemberdayaan Bauran
Pemasaran, faktor ini berasal dari perusahaan yang menjadi produsen terhadap
produk yang digunakan oleh konsumen yang terdiri atas ; produk, harga, promosi
dan distribusi. Brand
image yang baik akan menimbulkan nilai-nilai
emosional konsumen, oleh sebab itu perusahaan perlu untuk meningkatkan brand image mereka karena nilai
emosional ini akan memicu terjadinya persepsi yang positif akan suatu produk
yang akan menimbulkan niat beli (Weli dan Rahyuda, 2016).
Konsumen akan cenderung
mengandalkan berbagai sumber informasi untuk memastikan kualitas dari suatu
produk, dalam hal ini internet sebagai sarana dalam pencarian informasi sebelum
melakukan pembelian. Perilaku konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan
oleh brand image tersebut, hal ini berarti brand image adalah
salah satu unsur penting yang mampu mendorong calon konsumen untuk membeli
sebuah produk. Semakin baik brand image yang melekat pada produk
tersebut maka konsumen akan semakin tertarik untuk membeli, karena konsumen
beranggapan bahwa suatu produk dengan citra merek yang baik maka akan dipercaya
dan lebih memberikan rasa aman ketika konsumen itu menggunakan produk yang akan
dibeli (Iswara dan Jatra, 2017). Brand
image yang positif akan berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu produk
dan tetap disukai dipasaran sehingga akan menentukan sikap yang dilakukan
konsumen selanjutnya (Darma dan Sulistyawati, 2015).
Rahi
(2016) berpendapat brand image perlu
direncanakan, dikembangkan, didukung dan dijaga untuk mendapatkan keunggulan. Citra
merek dibangun melalui iklan, dari mulut ke mulut, kelompok referensi,
selebriti dan media (R. Mihalcea dan I. Catoiu, 2008). Pemasar perlu melakukan
strategi yang intensif untuk meningkatkan brand
image di hati konsumen. Dwi Putra dan
Ekawati (2017) berpendapat bahwa brand image
yang kuat akan memberikan keunggulan utama bagi perusahaan seperti menciptakan
suatu keunggulan bersaing. Brand image yang baik akan berdampak positif
bagi perusahaan karena mampu memberikan kepuasan kepada konsumennya, sehingga
dapat meningkatkan daya tarik konsumen untuk menggunakan suatu produk
(Aristyowati dkk., 2015). Citra merek yang positif akan lebih sering diingat
oleh konsumen jika diucapkan secara positif, sebaliknya menjadi kurang diingat
jika diucapkan secara negatif dari mulut ke mulut. Selain itu, citra merek yang
lebih tinggi menyebabkan presepsi kualitas yang lebih tinggi dan citra merek
yang lebih rendah akan menyebabkan penurunan kualitas yang dirasakan. Ucapan
dari mulut ke mulut yang lebih positif juga menyebabkan presepsi kualitas yang
lebih tinggi, dan sebaliknya akan mengarahkan pada penurunan presepsi kualitas.
Sektor
industri teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini adalah teknologi
ponsel cerdas (smartphone). Handphone yang dulunya merupakan alat
komunikasi yang sangat eksklusif berubah menjadi sebuah alat komunikasi
komersil yang hampir dimiliki oleh semua orang. Smartphone
merupakan
teknologi yang sangat diperlukan bagi sebagian besar masyarakat diseluruh dunia
sehingga banyak produsen smartphone yang
bersaing dalam meningkatkan pangsa pasarnya. Beberapa perusahaan itu anatara
lain : 5 vendor teratas smartphone yang sedang bersaing secara global adalah
Samsung, Apple, Huawei, Oppo, dan Xiaomi. Berikut adalah data global market share terbaru yang diperoleh dari Statista yang ditampilkan
pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Global Market
Share Smartphone Vendors
Merek
|
Tahun
|
||
2015
|
2016
|
2017
|
|
Samsung
|
20,4 %
|
18 %
|
21.9 %
|
Apple
|
18,7 %
|
18,2 %
|
15.2 %
|
Huawei
|
8,2 %
|
10,5 %
|
10.8 %
|
Oppo
|
3,6 %
|
7,3 %
|
7.6%
|
Xiaomi
|
4,6 %
|
3,3 %
|
76.4%
|
Sumber
: Statista, 2018
Tabel
1.2 yang menunjukan bahwa produsen besar pada industri smartphone merupakan Samsung dan Apple, hal ini dapat dilihat dari
perolehan market share yang paling
banyak daripada pesaing lainnya. Market
leader pada tahun 2017 adalah Apple setelah berhasil merebut market share Samsung pada tahun 2016 dan
2017. Huawei dapat mempertahankan market
share yang dimilikinya pada kisaran 10 persen mesikipun mengalami penurunan
0,3 persen dari tahun 2016 sampai tahun 2017. Xiaomi dapat meningkatkan market share yang dimilikinya dengan
cukup tinggi dari 3,3 persen hingga 7 persen pada tahun 2016 sampai 2017. Hal
ini mengindikasikan bahwa produk Xiaomi mulai dapat diterima dengan baik oleh
konsumen. Sejak awal kehadirannya, Oppo membangun kekuatannya
pada teknologi selfie expert dan camera phone. Kedua teknologi ini
disuguhkan sekaligus menjadi tagline
kuat smartphone asal Cina ini pada konsumen Indonesia. Oppo
mengalami pertumbuhan market share yang
tinggi di tahun 2016 yang berarti tingginya minat konsumen terhadap produk smartphone Oppo, tetapi pada tahun 2017 market share Oppo mengalami penurunan
yang mengindikasikan produk yang ditawarkan Oppo mulai kalah bersaing dengan
merek lainnya. Menurunnya market share Oppo
juga disebabkan oleh perubahan pada strategi salurannya dengan menjadi lebih
selektif terhadap mitra ritelnya (International
Data Corporation, 2018). Adanya penurunan market share ini, Oppo harus mengembangkan strategi pemasarannya
untuk dapat bersaing di pasar internasional, tidak terkecuali pada negara
Indonesia.
Persaingan
produk smartphone pada Indonesia
sangatlah ketat dengan adanya berbagai produsen smartphone yang memasuki pasar Indonesia. Melihat hasil survei Top Brand Award merupakan cara yang
dapat digunakan untuk melihat produk smartphone
yang diminati pada pasar Indonesia. Penilaian yang digunakan Top Brand Award dalam menentukan Top Brand adalah dengan cara membandingkan indikator mind share, market share dan commitment
share suatu produk dengan jenis produk yang sama. Smartphone yang diminati pada pasar Indonesia dapat dilihat dari
hasil survei terbaru Top Brand Award
kategori smartphone pada Tabel 1.3.
Tabel
1.3
Top
Brand Fase 1 Kategori Smartphone 2018
Merek
|
TBI
|
Samsung
|
48,6 %
|
Oppo
|
11,2 %
|
Xiaomi
|
5,5 %
|
Lenovo
|
4,5 %
|
Nokia
|
4,3 %
|
Sumber : Top Brand Award, 2018
Tabel
1.3 menunjukan bahwa Samsung merupakan Top
Brand nomor 1 Indonesia. Hal ini dikarenakan Samsung merupakan produsen smartphone yang besar dan sudah bermain
cukup lama pada industri smartphone khususnya
pada pasar Indonesia. Posisi Top Brand nomor 2 ditempati oleh merek
Oppo yang mampu membangun brand image yang
kuat dalam waktu 5 tahun semenjak memasuki pasar Indonesia pada tahun 2013. Hal
ini menunjukan produk Smartphone Oppo mampu memberikan kesan yang kuat di
benak konsumen sehingga mampu memperoleh Top
Brand nomor 2 mengalahkan Xiaomi, Lenovo, dan Nokia di awal tahun 2018
walaupun pada tahun 2017 Oppo mengalami penurunan market share pada pasar internasional.
Kesuksesan
Oppo dalam mempertahankan brand image yang
dimilikinya tidak terlepas dari inovasi dan mengikuti trend permintaan pasar, seperti trend
smartphone dengan layar besar dan memiliki kamera yang mampu menghasilkan
foto selfie dengan jernih (Oppo F5).
Oppo sendiri terus membangun brand image yang
dimilikinya terutama dalam menanamkan ciri khas sebagai smartphone dengan kamera yang mampu mengambil gambar selfie terbaik. Hal tersebut dapat
dilihat dari usaha Oppo yang memfokuskan pengembangan smartphone dalam teknologi selfie
selama 10 tahun terakhir serta Oppo sendiri telah menggunakan motto brand Smartphone yang menunjukan ciri khas kamera selfie yang dimilikinya dengan
menggunakan motto the selfie expert and
leader. Persaingan yang kian kompetitif
antara pemain Smartphone di
Indonesia perlu disiasati Oppo untuk mempersiapkan strategi yang baik dan
membangun jaringan purna jual yang kuat serta marketing cost yang tinggi.
Tabel 1.4
Indonesian Top 5
Smarthphone Companies by Year Over Year (YOY) Market share Comparation 2018
Merek
|
Tahun
|
||
2017
|
|
2018
|
|
Samsung
|
32%
|
|
27 %
|
Xiaomi
|
3%
|
|
25 %
|
Oppo
|
24 %
|
|
18 %
|
Vivo
|
3 %
|
|
9 %
|
Advan
|
9 %
|
|
6 %
|
Sumber
: IDC, 2018
Menurut
tabel 1.4 dapat dilihat bahwa Xiaomi berhasil meraup pangsa
pasar sebanyak 25 persen, naik signifikan dari tahun sebelumnya yang cuma 3
persen. Xiaomi menggeser Oppo yang pada kuartal II-2018 ini mengalami penurunan
pangsa pasar menjadi 18 persen, dibanding 24 persen pada tahun lalu. Oppo
harus mampu meningkatkan brand image terhadap produknya agar mampu
bersaing dengan pesaing lainnya. Melakukan peningkatan brand image diharapkan
dapat mempengaruhi niat beli konsumen dalam mengambil langkah untuk melakukan pembelian.
Word of mouth memainkan peran penting dalam perilaku konsumen. Konsumen yang terkena word
of mouth positif lebih memungkinkan untuk membuat niat beli, dan sebaliknya
konsumen yang terkena kata negatif dari word of mouth cenderung untuk
tidak membuat niat beli. Perilaku yang dimaksudkan disini adalah perilaku
konsumen dalam melakukan niat beli yang diawali dari niat beli konsumen
terhadap suatu produk atau jasa. Adanya fenomena kesuksesan smartphone Oppo yang baru memasuki pasar
smartphone Indonesia tetapi dalam waktu 5 tahun
berhasil menjadi berhasil menjadi top
brand peringkat 2 di tahun 2018 walaupun pada tahun 2018 smartphone Xiaomi mengalami peningkatan yang pesat
dibandingkan Oppo sehingga merek smartphone
Oppo dianggap menarik menjadi subjek penelitian.
Tabel 1.5
|
|
Hasil Wawancara Tentang Keluhan Konsumen
Smartphone Oppo
|
|
Keluhan
|
Jumlah
keluhan/konsumen
|
Baterai yang cepat
habis & panas
|
28
|
Harga yang mahal,
kualitas standar
|
23
|
Baterai non
removable
|
19
|
Bodi smartphone masih terbuat dari plastik
|
17
|
Sumber : Data
diolah, 2018
|
Berdasarkan subjek
penelitian yang dipilih yaitu smartphone Oppo,
maka wawancara awal terhadap konsumen smartphone
Oppo telah dilakukan. Hasil dari wawancara terhadap beberapa pengguna smartphone Oppo menyatakan beberapa
pengguna smartphone Oppo merasa tidak
puas akan pembelian smartphone Oppo
tersebut. Hal ini disebabkan karena terdapat spesifikasi dan fitur-fitur smartphone Oppo yang tidak sesuai dengan
harga yang ditawarkan serta harga yang ditawarkan juga masih terlalu mahal bagi
beberapa golongan di masyarakat. Adanya pengguna smartphone Oppo yang merasa tidak puas sehingga menurunkan niat beli pelanggan karena smartphone Xiaomi yang mengetahui trend apa yang akan digemari oleh
pasar ke depannya. Hal itu terlihat pada Xiaomi Redmi 5, 5 Plus, dan Note 5,
yang menjawab keinginan banyak orang untuk memiliki smartphone dengan model terkini dibandingkan smartphone Oppo.
Ruslim dan Andrew (2012),
Jalilvand dan Samei (2012) ,Wahyuni dan Suparna (2014), Wang dan Tsai (2014),
serta Subiyanto (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara brand image dan
purchase intention. Penelitian Ruslim dan Andrew (2012), Wahyuni
dan Suparna (2014), serta Wang dan Tsai (2014) diketahui bahwa kredibilitas
seorang celebrity endorser memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap brand image, dan mempengaruhi purchase
intention konsumen melalui brand image suatu produk.
Rahma
dalam Kurniawan (2012) mengemukakan bahwa brand
image akan berpengaruh langsung terhadap tingginya minat beli terhadap
suatu produk karena konsumen akan memiliki alasan untuk membeli atau
menggunakan produk dengan brand image
yang dianggap khalayak sebagai produk yang baik, berkualitas, dan dipakai oleh
orang terkenal. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Torlak et al. (2014) menunjukkan bahwa
e-WOM berpengaruh positif terhadap citra merek. Penelitian oleh Aberdeen et
al. (2016) yang menyatakan citra merek berpengaruh terhadap niat beli.
Hasil berbeda ditemukan oleh Herdani & Sunaryo (2016), dalam penelitian
tersebut WOM tidak berpengaruh signifikan terhadap niat beli.
Ketidakkonsistenan hasil temuan ini diduga karena terdapat satu faktor yang
mempengaruhi niat beli yaitu citra merek sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aberdeen et al. (2016) yang menyatakan bahwa citra merek
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli. Ruslim
dan Andrew (2012), Jalilvand dan Samei (2012), Wahyuni dan Suparna (2014), Wang
dan Tsai (2014), serta Subiyanto (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan antara brand
image dan purchase intention.
Berdasarkan
fenomena, hasil wawancara dan research
gap yang telah dipaparkan pada latar belakang ini, maka penelitian ini
membahas mengenai “Brand Image Memediasi Word Of Mouth Terhadap Niat Beli Produk Smartphone Oppo di Kota Denpasar”.
1.2
Rumusan Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang yang telah disampaikan, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah adalah :
1)
Bagaimanakah pengaruh word
of mouth terhadap
brand image pada produk smartphone
Oppo di Kota
Denpasar ?
2) Bagaimanakah
pengaruh word of mouth terhadap
niat beli pada produk smartphone
Oppo di Kota
Denpasar ?
3) Bagaimanakah
pengaruh brand image terhadap niat beli pada produk smartphone
Oppo di Kota
Denpasar ?
4)
Bagaimanakah peran brand image dalam memediasi hubungan word of mouth dengan niat beli pada
produk Smartphone Oppo di Kota Denpasar?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1)
Untuk menjelaskan
pengaruh Word Of Mouth terhadap brand image pada produk smartphone
Oppo di Kota
Denpasar.
2) Untuk
menjelaskan pengaruh Word Of Mouth
terhadap niat beli
pada produk smartphone
Oppo di Kota
Denpasar.
3) Untuk
menjelaskan pengaruh brand image terhadap niat beli pada produk smartphone Oppo di Kota Denpasar.
4)
Untuk menjelaskan peran
brand image dalam memediasi hubungan Word Of Mouth
dengan niat beli pada produk smartphone Oppo di Kota Denpasar.
1.4
Manfaat Penelitian
Terdapat
manfaat dari hasil penelitian ini, yaitu :
1)
Kegunaan teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, wawasan dan
informasi mengenai peran brand image dalam memediasi hubungan antara word of mouth dengan niat beli pada
produk smartphone
Oppo, serta
dapat menjadi refrensi bagi penelitian berikutnya.
2) Kegunaan
Praktis
Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pemasar
mengenai peran brand image, word of mouthterhadap niat beli
konsumen pada produk smartphone
Oppo agar para pemasar lebih meningkatkan brand
image agar lebih kuat dengan
meningkatkan kualitas produknya yang akan berpengaruh pada niat beli.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS
PENELITIAN
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Niat beli
Niat beli adalah tahap
kecenderungan responden untuk bertindak sebelum benar-benar melakukan pembelian
(Kinnear, 1995). Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan kecenderungan
pembelian. Pembelian aktual yaitu pembelian yang benar-benar dilakukan oleh
konsumen, kecenderungan pembelian merupakan sebuah niat yang timbul pada
konsumen untuk melakukan pembelian pada waktu yang akan datang.
Niat beli juga dapat
diartikan sebagai konsumen lebih memilih untuk membeli produk atau layanan
karena merasa bahwa membutuhkan produk atau jasa tersebut (Madahi dan Sukati,
2012). Jaafar dan Laalp (2013) menjelaskan bahwa niat beli adalah penggunaan
alat yang efektif dalam memprediksi proses pembelian. Setelah konsumen
memutuskan untuk membeli produk di toko tertentu didasarkan pada dorongan
karena niat yang dimilikinya
Niat
beli dapat diartikan sebagai keinginan untukmembeli di mana menurut Peter dan
Olson (2007:149) keinginan adalah sebuah rencana untuk terlibat dalam suatu
perilaku khusus guna mencapai tujuan. Perilaku (behavioral) adalah tindakan khusus yang ditujukan pada beberapa
objek target.
Menurut Durianto (2001)
dikutip oleh Tanomi (2012), terdapat tiga indikator dari niat beli yang
digunakan oleh pelanggan, yaitu :
1)
Intensitas pencarian
informasi mengenai suatu produk.
2) Keinginan
untuk segera mencari, membeli dan memiliki produk.
3)
Memiliki preferensi bahwa
produk tertentu inilah yang diinginkan .
2.1.2
Brand Image
Brand image yang kuat biasanya memiliki ciri khas yang berbeda dari
pesaingnya sehingga brand image tersebut dapat tergambar dihati
dan pikiran konsumen dalam waktu yang lama. Citra terhadap merek berhubungan
dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek.
Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:157) brand image adalah persepsi yang ada di benak konsumen yang bertahan lama
tentang suatu merek.
Brand image dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak
konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu (Romdonah dkk., 2015). Menurut
Godey et al. (2012) brand image dapat mempengaruhi persepsi
dan sikap konsumen diberbagai kesempatan. Brand
image produk yang baik dapat mendorong konsumen untuk membeli produk
tersebut daripada produk yang sama dengan merek lainnya (Rares dan Jorie,
2015).
Brand image suatu produk adalah gambaran atau cerminan dari brand suatu produk yang akan dibeli oleh
konsumen (Wibowo dkk., 2017). Penciptaan brand
image sangat penting dilakukan karena
dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Brand
image merupakan salah satu aspek yang kuat yang dapat membangun reputasi
merek tertentu di pasar sasaran (Durrani et
al., 2015). Haryantana dan Ekawati (2017) menyatakan brand image memiliiki sifat khas, dan sifat khas tersebut yang
membedakan produk yang satu berbeda dengan produk yang lainnya, walaupun
sejenis. Wijaya (2013) menyatakan terdapat 5 dimensi brand image yaitu :
1)
Identitas merek adalah
identitas fisik yang terkait dengan merek atau produk yang membuat konsumen
dapat dengan mudah mengidentifikasi dan membedakan dengan merek atau produk
lain;
2) Kepribadian
merek adalah karakter khas sebuah merek yang membentuk kepribadian tertentu
sebagai manusia, sehingga konsumen dapat dengan mudah membedakannya dengan merek
lain dalam kategori yang sama;
3) Asosiasi
merek adalah hal-hal spesifik yang pantas atau selalu dikaitkan dengan sebuah
merek;
4) Sikap
merek atau perilaku merek adalah sikap atau perilaku suatu merek saat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan konsumen agar dapat menawarkan manfaat
dan nilai yang dimilikinya;
5)
Manfaat dan kompetensi
merek adalah nilai, kelebihan dan kompetensi khas yang ditawarkan oleh merek
dalam memecahkan masalah konsumen, yang memungkinkan konsumen untuk mendapatkan
keuntungan karena kebutuhan, keinginan, impian dan obsesi mereka diwujudkan
dengan apa yang ditawarkannya.
Ago
et al. (2015) menyatakan umumnya
konsumen lebih percaya bahwa mereka dapat melakukan pembelian yang memuaskan
dengan memilih merek yang terkenal dan menurunkan resiko pembelian dengan
melakukan hal tersebut. Hal ini memiliki arti bahwa konsumen lebih mempercayai
merek yang lebih terkenal sehingga strategi peningkatan brand image diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Brand Image adalah sekumpulan asosiasi
yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu (Mantauv, 2014).
Saraswati
dan Rahyuda (2017) menyatakan brand image merupakan representasi dari
keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman
masa lalu terhadap merek tersebut. Persaingan yang semakin ketat dalam dunia
industri, menuntut perusahaan lebih kreatif dalam membangun mereknya sehingga
merek tersebut dapat memiliki keunggulan kompetitif. Brand image yang baik
akan sangat mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan begitu juga produknya
agar dapat tetap bertahan dan dicintai dipasar yang nantinya akan menentukan
sikap selanjutnya yang dilakukan oleh konsumen (Wahyuni dan Suparna, 2014).
Arimbawa dan Ekawati (2017) menyatakan brand
image merupakan aset perusahaan untuk kedepannya dikarenakan brand image akan mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap suatu produk.
Brand image produk yang baik akan
mendorong calon pembeli untuk membeli produk tersebut daripada membeli produk
yang sama dengan merek lain (Rares dan Jorie, 2015). Membangun brand image yang kuat dapat dicapai
dengan program marketing yang kuat
terhadap produk yang dimaksud, serta memiliki keunikan yang dapat dibedakan
dengan produk lainnya (Aryadhe dan Rastini, 2016). Menurut Shimp (2014:40)
mengukur brand image dapat dilakukan
berdasarkan indikator yaitu :
1)
Kekuatan (strengthness) adalah keunggulan bersifat
fisik yang dimiliki merek dan tidak ditemukan pada merek lainnya. Kekuatan yang
dimaksud berupa fasilitas produk, penampilan fisik produk, harga produk dan
penampilan fasilitas pendukung produk tersebut.
2) Keunikan
(uniqueness) adalah kemampuan dalam
membedakan suatu merek dengan merek lainnya yang muncul dengan adanya atribut
produk yang menjadi diferensiasi dengan produk lainnya. Keunikan yang dimaksud
berupa variasi penampilan produk, variasi harga produk dan diferensiasi
penampilan fisik produk.
3)
Kesukaan (favorable) adalah kemampuan suatu merek
agar mudah diingat oleh konsumen. Keunggulan yang dimaksud berupa kemampuan
suatu merek untuk mudah diingat oleh konsumen, kemudahan dalam mengucapkan
merek dan kesesuaian kesan merek di benak konsumen dengan citra yang diinginkan
oleh perusahaan yang bersangkutan.
Berdasarkan
definisi yang telah dijabarkan, brand
image adalah persepsi tentang suatu merek yang berada pada benak konsumen
yang didapatkan melalui pengalaman maupun informasi yang didapatkan mengenai
merek tersebut.
2.1.3
Word of mouth (mulut ke mulut)
Word
of mouth adalah komunikasi dari orang ke orang antara sumber
pesan dan penerima pesan dimana penerima pesan menerima pesan dengan cara tidak
komersil mengenai suatu produk, pelayanan, atau merek. Word of mouth menjadi referensi yang membentuk harapan pelanggan.
Persepsi
pelanggan mengenai kualitas pelayanan yang telah diterima adalah hal yang
sering di perbincangkan. Pelanggan akan memasukkan produk, jasa, dan merek itu
kedalam daftar percakapan dan secara sadar atau tanpa sadar mengungkapkannya
kepada orang lain secara lisan (word of
mouth) dalam berbagai kesempatan (Indriani dan Nurcaya, 2015).
Menurut Kotler & Keller
(2009:512) word of mouth marketing
adalah kegiatan pemasaran melalui perantara orang ke orang baik secara lisan,
tulisan, maupun alat komunikasi elektronik yang berhubungan dengan pengalaman
pembelian jasa atau pengalaman menggunakan produk atau jasa. Word of mouth memiliki kekuatan besar yang berdampak pada
perilaku pembelian konsumen. Rekomendasi dari teman yang sudah dipercaya,
asosiasi, dan konsumen lain berpotensi untuk lebih dipercaya dibandingkan dari
sumber komersil, seperti iklan dan salespeople.
Sebagian besar, word of mouth terjadi
secara alami, konsumen mulai dengan membicarakan sebuah merek yang mereka
gunakan kepada orang lain. (Kotler & Amstrong, 2012: 139). Harris
et al (2013) mendefinisikan
komunikasi WOM sebagai komunikasi informal orang ke orang antara komunikator
nonkomersial dan penerimanya berdasarkan merek, produk, organisasi, atau jasa.
WOM ini dapat bermuatan positif atau negatif. WOM negatif bertujuan untuk merendahkan
objek dalam komunikasi tersebut.
Word
of mouth (WOM) sebagai metode komunikasi antara dua orang
non komersial dan tanpa manfaat dalam bisnis yang mereka bicarakan. Konsumen
belajar mengenai produk dan merek baru terikat dengan kelompok konsumen yang
ada di masyarakat dari dua hal, yaitu melalui pengalaman dan pengamatan
terhadap penggunaan produk konsumen lainnya, dan mencari informasi dengan
bertanya kepada konsumen lain yang tahu dan pernah menggunakan produk yang akan
dibelinya (Suryani,2013:169).
Indikator dari variabel
word of mouth (WOM) menurut Silverman, G (2001) adalah sebagai berikut :
1)
Listen
to many of my friends said that the product is powerful. Indikator
pertama menjelaskan komunikan (penerima) menerima informasi (mendengarkan) dari
komunikator (pengirim) tentang sebuah kekuatan produk/kualitas produk yang
baik. Jika komunikan mendengarkan hal yang positif tentang produk maka
komunikan akan tertarik/ikut membicarakan tentang produk tersebut;
2) Evaluation of others
has played a good role for me to understand the product. Indikator
kedua menjelaskan komunikan mengerti tentang sebuah produk setelah melewati
tahap evaluasi yang baik dari orang lain. Evaluasi yang dimaksud adalah
tanggapan secara keseluruhan tentang suatu produk;
3)
The
recommendation of a friend has an important role in my decision.
Indikator ketiga menjelaskan tentang rekomendasi dari orang lain dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan. Rekomendasi dari orang lain menggambarkan
pengalamannya saat membeli atau memiliki suatu produk.
2.2
Kerangka Konseptual
Penelitian
ini membahas tentang pengaruh word of
mouth (X) terhadap brand image
(Y1) , word of mouth (X) terhadap niat
beli (Y2), brand image (Y1) terhadap niat
beli (Y2), serta meneliti tentang variabel mediasi yaitu brand image (Y1) dari word of
mouth( X) terhadap niat beli (Y2). Kerangka konsep penelitian dapat dilihat
pada Gambar 2.1 berikut :
Brand Image
(Y1)
|
Niat
beli (Y2)
|
Word
of mouth (X)
|
H1
|
H2
|
H3
|
H4
|
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
2.3
Hipotesis Penelitian
2.3.1
Pengaruh word of mouth terhadap brand image
Word of mouth (WOM) adalah komunikasi
yang dilakukan antara dua orang yaitu komunikator dan penerima yang sedang
bertukar pikiran, ide atau yang lain tanpa maksud tujuan tertentu. Positive word of mouth
dapat meningkatkan penilaian konsumen terhadap brand image Menurut Herr et al. (1991). Febriana and Rumyeni
(2016) menemukan hasil bahwa komunikasi word of mouth berpengaruh positif pada
brand image. Brand image menggambarkan seluruh pendapat tentang merek dan
terbentuk berdasarkan informasi dan pengalaman masa lalu mengenai merek
tersebut (Tjokroaminoto and Kunto, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Jalilvand (2012), Torlak et
al. (2014), Pertiwi & Tjok (2014), serta Faresha & Dimas (2017) dan
Ruhamak and Rahayu (2016) menemukan hasil bahwa komunikasi word of mouth berpengaruh positif pada brand image. Berdasarkan dari hasil penelitian
sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut
H1 : Word of mouth berpengaruh positif dan
signifikan terhadap brand image
2.3.2
Pengaruh word of mouth terhadap niat
beli
Saba
(2015) menyatakan variabel word of mouth
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel niat beli konsumen.
Yi (2012), menyatakan bahwa word of mouth
yang didukung dengan variabel gender, berpengaruh positif dan signifikan
terhadap niat beli. Perilaku konsumen sangat berpengaruh dalam mempengaruhi
tumbuh atau tidaknya niat beli dari konsumen (Hamouda, 2013).
Menurut (Prasetyo dan
Nanang, 2014), perkembangan teknologi pada suatu daerah dapat memperlancar
fenomena terjadinya word of mouth
yang juga turut andil dalam tumbuhnya niat beli konsumen. Metode word of mouth yang berbasis teknologi
terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat beli konsumen online. (Alfina, 2014).
Berdasarkan dari hasil
penelitian sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut
H2 : Word of mouth berpengaruh positif dan
signifikan terhadap niat beli
2.3.3
Pengaruh brand image terhadap niat beli
Brand image berpengaruh
terhadap keputusan pembelian konsumen dan merupakan salah satu faktor kunci
yang dipertimbangkan. Hal itu telah menunjukkan bahwa brand image merupakan
isyarat ekstrinsik untuk evaluasi kualitas produk, dan brand image menjadi
lebih baik jika memiliki presepsi kualitas yang tinggi (Grewal et al., 2013).
Ketika
isyarat intrinsik konsumen atau atribut lainnya
dari produk tidak dapat membantu konsumen menilai kualitas produk, brand
image biasanya digunakan sebagai dasar dari evaluasi. Menurut Aaker dan
Keller (2010), brand image yang baik dapat meningkatkan loyalitas
konsumen merek, kepercayaan, dan juga niat untuk membeli produk dari brand yang
dipercayainya. Oleh karena itu, brand image memiliki pengaruh langsung
pada volume penjualan produk (Thomson et al., 2005).
Penelitian
oleh Cretu & Brodieb (2007), Wang & Yang (2010), Rahmawan & Sigit
(2016), Aberdeen et al. (2016), serta Akbar & Rosita (2017)
menemukan bahwa citra merek berpengaruh positif terhadap niat beli.
Berdasarkan
dari hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut
H3 : Brand image berpengaruh positif dan
signifikan terhadap niat beli
2.3.4
Peran brand image dalam memediasi word of
mouth pada niat beli
Kesan
atau image dari merek itu sendiri
dapat memengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu merek (Ruth et al., 2002).
Park et al. (1986); dan Juhairi et al. (2016) menyatakan brand image memiliki
pengaruh langsung pada volume penjualan produk. Aaker and Keller (1990); Putra and Sulistyawati (2015); dan Kirwadi
(2016) menyatakan semakin baik image
suatu produk maka akan semakin tinggi keinginan membeli dari konsumen.
Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, pernyataan tersebut dijelaskan oleh
Ruhamak and Rahayu (2016) yang menemukan pengaruh mediasi dari brand image
antara word of mouth dengan niat
beli.
Berdasarkan dari hasil
penelitian sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis yang dapat ditarik pada
penelitian ini yaitu
H4
: Brand image berpengaruh
positif dan signifikan dalam memediasi word of mouth dengan niat beli
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif, karena
bertujuan untuk menguji variabel bebas word
of mouth (X) dengan satu variabel terikat yaitu niat beli (Y2)
dengan variabel mediasi yaitu brand image (Y1).
Penelitian
ini membahas tentang pengaruh word of
mouth terhadap brand image, word of mouth terhadap niat beli, brand image terhadap niat beli, serta meneliti tentang variabel
mediasi yaitu brand image terhadap word of mouth dan niat beli.
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di Kota Denpasar. Kota Denpasar dijadikan sebagai lokasi
penelitian dengan pertimbangan Kota Denpasar merupakan ibukota Provinsi Bali
dan terdapat banyak masyarakat yang menggunakan berbagai jenis smartphone pada Kota Denpasar sehingga
sangat mudah untuk menemukan responden yang sesuai dengan kategori yang
diteliti.
3.3
Objek Penelitian
Objek dari
penelitian ini adalah word of mouth dan
brand image yang dikaitkan dengan niat beli pada produk smartphone Oppo di Kota Denpasar.
3.4
Identifikasi Variabel
Variabel
– variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah :
1)
Variabel Eksogen pada
penelitian ini adalah word of mouth (X);
2) Variabel
Mediasi pada penelitian ini adalah brand
image (Y1);
3)
Variabel Endogen dalam
penelitian ini adalah niat beli (Y2).
3.5
Definisi Operasional Variabel
3.5.1
Kualitas produk
Word
of mouth (WOM) adalah komunikasi yang dilakukan antara dua
orang yaitu komunikator dan penerima yang sedang bertukar pikiran, ide atau
yang lain tanpa maksud tujuan tertentu. Indikator dari variabel
word of mouth (WOM) menurut Silverman, G (2001) adalah sebagai berikut :
1)
Listen
to many of my friends said that the product is powerful. Indikator
pertama menjelaskan komunikan (penerima) menerima informasi (mendengarkan) dari
komunikator (pengirim) tentang sebuah kekuatan produk/kualitas produk yang
baik. Jika komunikan mendengarkan hal yang positif tentang produk maka
komunikan akan tertarik/ikut membicarakan tentang produk tersebut;
2) Evaluation of others
has played a good role for me to understand the product. Indikator
kedua menjelaskan komunikan mengerti tentang sebuah produk setelah melewati
tahap evaluasi yang baik dari orang lain. Evaluasi yang dimaksud adalah
tanggapan secara keseluruhan tentang suatu produk;
3)
The
recommendation of a friend has an important role in my decision.
Indikator ketiga menjelaskan tentang rekomendasi dari orang lain dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan. Rekomendasi dari orang lain menggambarkan
pengalamannya saat membeli atau memiliki suatu produk.
3.5.2
Brand image
Brand Image merupakan persepsi yang ditangkap oleh konsumen saat
mendengar dan melihat mengenai merek smartphone
Oppo. Adapun indikator brand image yang
digunakan adalah Wijaya (2013) dan Shimp (2014:40) yaitu :
1)
Sikap merek atau
perilaku merek adalah persepsi
responden tentang kualitas yang ditawarkan merek smartphone Oppo
terhadap konsumennya;
2) Manfaat
dan kompetensi merek adalah manfaat yang diberikan merek smartphone Oppo
terhadap konsumennya;
3) Kekuatan
adalah ketertarikan konsumen terhadap merek smartphone
Oppo setelah melihat harga produknya;
4) Keunikan
adalah keunikan yang dilihat oleh konsumen terhadap smartphone
Oppo
dibandingkan merek lainnya;
5)
Kesukaaan adalah
kemampuan merek smartphone
Oppo untuk menimbulkan kesan yang baik sehingga
menimbulkan kesukaan di hati konsumen.
3.5.3
Niat beli
Niat
beli dapat diartikan sebagai keinginan untuk membeli di mana menurut Peter dan
Olson (2007:149) keinginan adalah sebuah rencana untuk terlibat dalam suatu
perilaku khusus guna mencapai tujuan terhadap produk smartphone Oppo.
Menurut Durianto (2001)
dikutip oleh Tanomi (2012), terdapaat tiga indikator dari niat beli yang
digunakan oleh pelanggan, yaitu :
1)
Mencari informasi mengenai produk
Menjelaskan
bahwa konsumen akan mencari informasi mengenai produk smartphone Oppo.
2) Keinginan
untuk segera membeli
Menjelaskan
bahwa konsumen adanya keinginan untuk segera membeli smartphone Oppo.
3) Memiliki
preferensi bahwa produk ini yang dicari
Menjelaskan
bahwa konsumen memiliki preferensi bahwa mencari produk smartphone Oppo.
Seluruh
variabel dan Indikator masing-masing variabel disajikan secara ringkas pada
tabel berikut ini
Tabel 3.1
Klasifikasi Variabel
|
Variabel
|
Indikator
|
Sumber
|
Eksogen
|
Word of mouth(X1)
|
1)
Menerima
informasi dari komunikator tentang sebuah kekuatan produk/kualitas produk
yang baik(X1.1);
2)
komunikan
mengerti tentang sebuah produk setelah melewati tahap evaluasi yang baik dari
orang lain. (X1.2);
3)
rekomendasi
dari orang lain dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.(X1.3).
|
Silverman, G (2001)
|
Mediasi
|
Brand Image (Y1)
|
1)
Sikap
merek atau perilaku merek (Y1.1);
2)
Manfaat
dan kompetensi merek (Y1.2);
3)
Kekuatan
(Y1.3);
4)
Keunikan
(Y1.4);
5)
Kesukaan
(Y1.5).
|
Wijaya (2013) dan Shimp
(2014:40)
|
Endogen
|
Niat beli (Y2)
|
1)
1 Mencari informasi mengenai produk (Y2.1);
2)
Keinginan
untuk segera membeli (Y2.2);
3)
Memiliki
preferensi bahwa produk ini yang dicari(Y2.3).
|
Tanomi (2012)
|
Indikator
Variabel
3.6.
Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam
penelitian ini adalah konsumen smartphone
Oppo. Populasi dalam penelitian ini bersifat infinite (tidak terbatas). Sampel dalam penelitian ini adalah
konsumen yang melakukan pembelian terhadap produk smartphone Oppo dan masih menggunakan Smartphone Oppo tersebut.
Teknik penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability
sampling dengan metode purposive sampling, yaitu sampel ditentukan dengan pertimbangan tertentu.
Kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :
1)
Berdomisili di Kota
Denpasar. Pertimbangan pemilihan di Kota Denpasar karena Kota Denpasar
merupakan ibukota Provinsi Bali sehingga masyarakat Kota Denpasar dinilai lebih
mengikuti trend teknologi smartphone dalam
menunjang kehidupan sehari-hari;
2) Pendidikan
terakhir minimal SMA / SMK sederajat.
Pertimbangan ini digunakan dengan alasan seseorang dengan jenjang pendidikan
minimal SMA / SMK dapat memahami isi
dari kuesioner;
3) Responden
belum pernah membeli produk smartphone Oppo;
4)
Responden pernah
mendengar produk smarphone Oppo.
Menurut
Sugiyono (2016:112) untuk memperoleh hasil yang baik ukuran sampel responden
yang diambil untuk mengisi kuesioner dapat ditentukan paling sedikit 5 – 10
kali jumlah indikator yang diteliti. Penelitian ini menggunakan 11 indikator
sehingga dengan menggunakan estimasi berdasarkan jumlah parameter diperoleh
ukuran sampel sebesar 60 – 120 responden. Jumlah dari sampel responden yang
akan diuji di dapat dari hasil perhitungan sebagai berikut :
Jumlah Responden = 11
indikator x 10 = 120 responden
Dipilihnya
110 responden karena dalam penelitian ini menggunakan metode path analysis dimana dalam metode
tersebut harus menggunakan minimal 100 sampel. Menurut Roscoe dalam Sekaran
(2003) parameter sampel yang baik adalah sekitar 70-140 sampel. Jadi, dengan
dipilihnya 120 responden artinya sudah sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
3.7
Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner dibuat dengan menggunakan pertanyaan terbuka, yaitu terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan untuk menjelaskan identitas responden, dan pertanyaan tertutup,
yaitu pertanyaan yang meminta responden untuk memilih salah satu jawaban yang
tersedia dari setiap pertanyaan. Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan
menggunakan skala Likert dengan skor pertanyaan yang diberikan kepada
responden, yaitu :
Tabel 3.2
SS
|
Sangat Setuju
|
Skor
|
5
|
ST
|
Setuju
|
Skor
|
4
|
CS
|
Cukup Setuju
|
Skor
|
3
|
TS
|
Tidak Setuju
|
Skor
|
2
|
STS
|
Sangat Tidak
Setuju
|
Skor
|
1
|
Penentuan
skor
Sumber
: Sugiyono (2016:239)
3.8
Jenis dan Sumber Data
Penelitian
ini menggunakan dua jenis data, yaitu jenis data berdasarkan sifatnya dan
berdasarkan sumbernya.
3.8.1
Berdasarkan sifatnya
Data
yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 jenis data yaitu:
1)
Data kuantitatif adalah data
berbentuk angka yang dapat dinyatakan dan diukur dengan satuan hitung
(Sugiyono, 2016:13).
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel sebanyak 110
responden berdasarkan kuisioner yang akan di sebarkan dimana Sangat Setuju = 5,
Setuju = 4, Cukup Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1 yang
nantinya angka – angka tersebut akan diolah pada teknik analisis data;
2)
Data kualitatif adalah data
berbentuk kata, kalimat dan skema (Sugiyono, 2016:13). Data kualitatif dalam penelitian
ini adalah wawancara secara langsung kepada konsumen yang telah melakukan
pembelian terhadap smartphone
Oppo di Kota Denpasar untuk mendapat penilaian
tentang baik atau tidaknya word of mouth dan brand image yang dikatakan secara langsung maupun tidak langsung oleh
konsumen.
3.8.2
Berdasarkan sumbernya
Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam data yaitu data
primer dan data sekunder.
1) Data
primer adalah data
langsung yang diperoleh dari lokasi penelitian yaitu hasil penyebaran kuesioner
terhadap responden yang pernah melakukan pembelian smartphone
Oppo dan masih menggunakan smartphone Oppo
tersebut, pertanyaan kuesioner mengenai word
of mouth dan brand image terhadap niat beli produk smartphone
Oppo;
2) Data
sekunder adalah data
yang bukan diperoleh secara langsung oleh peneliti, melainkan dilakukan oleh
pihak lain atau lembaga tertentu. Data yang dimaksud seperti cara – cara atau
media promosi yang telah dilakukan oleh perusahaan.
3.9
Instrumen Penelitian
3.9.1
Uji validitas
Uji
validitas bertujuan untuk memeriksa apakah indikator pada kuesioner sebagai
alat ukur sudah tepat sehingga mendapatkan hasil yang valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2016:172). Teknik korelasi untuk menentukan validasi item ini sampai
sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Item yang mempunyai
korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi,
menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validasi yang tinggi pula.
Variabel-variabel terukur dikatakan valid
jika memiliki koefisien korelasi ( r ) hitung ≥ 0,3. Jika korelasi antara butir
dengan skor total ≤ 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak
valid (Sugiyono, 2016:188).
3.9.2
Uji reliabilitas
Instrumen
yang reliable adalah instrumen yang
bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama (Sugiyono, 2016). SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur
reliabilitas dengan uji statistik Cronbach
Alpha (α). Suatu variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,70. Tahap berikutnya
setelah diketahui validasi dan reliabilitas instrumen penelitian adalah
analisis data.
3.10
Teknik Analisis Data
3.10.1
Analis jalur (path analysis)
Dalam
penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur. Analisis jalur digunakan untuk menentukan
pola hubungan antara tiga atau lebih dan tidak dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi atau menolak hipotesis. Riduwan dan Kuncoro (2011:2) menyatakan
analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Dasar
perhitungan koefisien jalur adalah analisis korelasi dan regresi dan dalam
perhitungan menggunakan program SPSS for
windows. Riduwan dan Kuncoro (2011:152)
menyebutkan langkah-langkah dalam menganalisis data dengan menggunakan path analysis
sebagai berikut :
1)
Merumuskan hipotesis dan
persamaan struktural
Langkah
pertama analisis jalur adalah merumuskan hipotesis dan model persamaan
struktural yang ada.
a) Variabel
(X), berpengaruh terhadap variabel (Y2)
b) Variabel
(X), berpengaruh terhadap variabel (Y1)
c) Variabel
(Y1), berpengaruh terhadap variabel (Y2)
d) Variabel
(X) berpengaruh terhadap variabel (Y2) melalui variabel (Y1)
(1) Persamaan
Sub-struktural 1
(2) Persamaan
Sub-struktural 2
Keterangan
:
X = kualitas produk
Y1 = brand image
Y2 = niat beli
= koefisien regresi variabel
e = error
2) Bentuk
diagram koefisien jalur
a) Pengaruh
langsung (dirrect effect)
(1) Pengaruh
variabel (X) terhadap (Y1) sebesar
;
(2) Pengaruh
variabel (X) terhadap (Y2) sebesar
;
(3) Pengaruh
variabel (Y1) terhadap (Y2) sebesar
.
b) Pengaruh
tidak langsung (indirrect effect)
Pengaruh variabel (X)
terhadap (Y2) dengan (Y1) sebagai variabel perantara :
Pengaruh tidak langsung =
......................................(3)
c) Pengaruh
total (total effect)
Total pengaruh variabel
X terhadap Y2 melalui Y1 dirumuskan sebagai berikut :
Total effect =
.......................................(4)
Keterangan
:
X = kualitas
produk
Y1 = brand image
Y2 = niat beli
=
koefisien garis regresi
e1
(error1) = anak panah e1
yang menunjukkan jumlah varian
brand
image yang tidak dijelaskan oleh
kualitas
produk.
e2
(error2) = anak panah e2
yang menunjukkan jumlah varian
niat
beli yang tidak dijelaskan oleh
kualitas
produk.
Berdasarkan
pemaparan diatas mengenai persamaan struktural, maka diagram koefisien jalur
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Brand
Image
(Y1)
|
Niat beli (Y2)
|
Word
of mouth (X)
|
|
|
|
e1
|
e2
|
3)
Menghitung koefisien
jalur secara simultan (keseluruhan)
Uji
secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut :
H0 :
.............................................................(7)
H1 :
.............................................................(8)
a) Kaidah
pengujian signifikansi secara manual menggunakan tabel F. Jika F hitung ³
F tabel, maka H0 ditolak, artinya signifikan. Jika F hitung £
F tabel, maka H0 diterima yang berarti tidak signifikan. Dengan
taraf signifikan (a) = 0,0
b) Kaidah
pengujian signifikansi program SPSS
(1) Apabila
nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig
atau ( 0,05 £ sig ) maka H0 diterima dan H1
ditolak yang berarti tidak signifikan;
(2) Apabila
nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig
atau ( 0,05 ³ sig ) maka H0 ditolak dan H1
diterima yang berarti signifikan.
4) Menghitung
koefisien jalur secara individual.
Uji
secara individual ditujukan oleh tabel (coefficients).
Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik
sebagai berikut :
H0 :
(tidak
signifikan.......................................(9)
H1 :
> 0 ( signifikan ) ............................................(10)
Untuk
mengetahui signifikansi analisis jalur, bandingkan antara nilai probabilitas
0,05 dengan nilai Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :
a) Apabila
nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig
atau ( 0,05 £ sig ) maka H0 diterima dan H1
ditolak yang berarti tidak signifikan.
b) Apabila
nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig
atau ( 0,05 ³ sig ) maka H0 ditolak dan H1
diterima yang berarti signifikan.
5) Meringkas
dan menyimpulkan
Langkah
terakhir adalah meringkas hasil koefisien jalur dan memberikan interpestasi
atau kesimpulan dari hasil analisis. Koefisien yang signifikan akan
memperlihatkan besaran pengaruh langsung maupun tidak langsung atau menunjukkan
variabel dominan maupun tidak.
3.10.2
Uji sobel
Pengujian
hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel
(1982) dan dikenal dengan Uji Sobel (Sobel
Test). Uji sobel digunakan untuk menguji
kekuatan pengaruh tidak langsung variable word of mouth(X) ke variabel niat
beli (Y2) melalui variabel brand
image (Y1). Pengaruh tidak
langsung word of mouth(X) terhadap variabel niat beli (Y2) melalui
variabel brand image (Y1) dihitung dengan mengalikan koefisien jalur X
terhadap Y1 (a) dengan koefisien jalur Y1 terhadap Y2
(b) atau ab. Standard error koefisien a dan b ditulis dengan
Sa dan Sb, besarnya standard error tidak langsung (indirect effect) Sab. Adapun langkah-langkah dalam pengujian variabel
mediasi (uji sobel ) antara lain:
1)
Penentuan hipotesis
Pengambilan
keputusan dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H0 : brand image bukan sebagai variabel mediasi variabel word of
mouth terhadap niat beli produk Smartphone Oppo.
H1 : brand image sebagai variabel mediasi variabel word of mouth
terhadap niat beli produk Smartphone Oppo.
2) Menentukan
taraf nyata
Taraf nyata yang digunakan dalam uji sobel sebesar
0,05 untuk menentukan variabel mampu dikatakan signifikan atau tidak
signifikan.
3) Menentukan
daerah kritis
Z
hitung ≤ Z tabel, maka H0 diterima yang berarti Y1 bukan
sebagai variabel mediasi
Z
hitung > Z tabel, maka H0 ditolak yang berarti Y1
merupakan variabel mediasi.
4) Penghitungan
menggunakan statistik uji.
Uji
sobel dihitung dengan rumus dibawah ini:
..........................................................................(5)
Sig
= (1 - NORMDIST(Z)) + 2))
......................................................(6)
Keterangan:
a =
koefisien regresi dari variabel bebas (X) terhadap variabel mediasi (Y1)
sa = standard error dari a
b = koefisien
regresi dari variabel mediasi terhadap variabel dependen (Y2)
sb = standard error dari b
5) Kesimpulan
hasil uji
Langkah
ini menginterpretasikan hasil dari pengujian variabel mediasi untuk melihat
pengaruh variabel mediasi dalam memediasi variabel bebas (X) dengan variabel
terikat (Y2). Apabila nilai kalkulasi Z lebih besar dari 1,96
(dengan tingkat kepercayaan 95 persen), maka variabel mediator dinilai secara
signifikan memediasi hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas.
3.10.3 Uji VAF
Pengujian hipotesis mediasi dilakukan dengan metode VAF (Hair
et al., dalam Solihin dan Ratmono,
2013). Prosedur ini dibagi menjadi dua bagian pengujian mediasi. Untuk
pengujian mediasi variabel kepuasan kerja (M) pada pengaruh komunikasi (X)
terhadap kinerja karyawan (Y), pertama, pengaruh langsung harus signifikan (a)
saat variabel kepuasan kerja (M) belum dimasukkan ke dalam model. Kedua,
setelah variabel kepuasan kerja (M) dimasukkan ke dalam model, maka pengaruh
tidak langsung (b x c) harus signifikan. Setiap jalur yaitu b dan c harus
signifikan untuk memenuhi kondisi ini. Apabila ternyata pengaruh tidak langsung
hasilnya signifikan, maka hal ini menunjukkan bahwa variabel pemediasi mampu
menyerap atau mengurangi pengaruh langsung pada pengujian pertama. Ketiga,
menghitung Variance Accounted For
(VAF) dengan rumus pengaruh tidak langsung dibagi pengaruh total (pengaruh
langsung ditambah pengaruh tidak langsung).
VAF
menjadi ukuran seberapa besar variabel pemediasi mampu menyerap pengaruh
langsung yang sebelumnya signifikan dari model tanpa pemediasi. Untuk model
pada Gambar 4.1, VAF dapat dihitung dengan (b x c)/(a + b x c). Apabila nilai
VAF di atas 80 persen, maka menunjukkan peran Y1 sebagai pemediasi penuh (full
mediation). Selanjutnya apabila nilai VAF di antara 20 persen hingga 80 persen,
maka dapat dikategorikan sebagai pemediasi parsial (partial mediation). Namun,
apabila nilai VAF kurang dari 20 persen, maka dapat dijelaskan bahwa hampir
tidak ada efek mediasi (Hair et al.,
dalam Sholihin dan Ratmono, 2013).
DAFTAR
PUSTAKA
Aaker, David A.,
Keller, Kevin Lane. 2010. Consumer Evaluation of Brand Extension. Journal of Marketing. 54(1), pp: 27-41
Aberdeen, N. I.,
Syamsun, M., & Najib, M. (2016). The effect of brand awareness and image on
consumer perceived quality and purchase intension : A study case of carbonated
drink brand at Bogor City. International
Journal of Scientific and Research Publications, 6(8), 441–446.
Aditya, Kadek Yoga dan Wardana, I Made. 2017. Peran Brand
Equity Dalam Memediasi Pengaruh Word Of Mouth Terhadap Niat Beli. E-Jurnal
Manajemen UNUD, 6(2) hal: 830-856.
Ago,
Gordius., Suharno., Sri Mintarti., Sugeng Hariyadi. 2015. Effect of Product
Quality Perception, Trust, and Brand Image on Generic Drug Buying Decision and
Consumer Satisfaction of Hospital Patients in East Kalimantan. European Journal of Business and Management,
Vol.7 No.14, pp. 50-68.
Alfina,
I., Ero, J., Hidayanto, A. H., Shihbab, M. R. 2014. The Impact of Cognitive
Trust and e-WOM on Purchase Intention in C25 e-Commerce site. Journal of Computer Science. 10(12), pp:
2518-2524.
Algood,
C. L., Harris, C., & Hong, J. S. (2013). Parenting success and challenges
for families of children with disabilities: An ecological system analysis. Journal of Human Behavior in the Social
Environment, 23, 126- 136.
Arimbawa,
I Gede Sueca dan Ni Wayan Ekawati. 2017. Pengaruh Penerapan Green Marketing
Terhadap Citra Merek dan Keputusan Pembelian Produk. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.6 No.5, hal. 2582-2608.
Aristyowati,
Novida., Maria Magdalena Minarsih., Aziz Fathoni. 2015. Effect of Quality
Products, Brand Image and Price Towards Purchase Decision (Studies in Buyer OBH
Combi in Pharmacies in Semarang. Journal
of Management, Vol.1 No.1.
Asosiasi
Jasa Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. 2016. Penetrasi & Perilaku Pengguna
Internet Indonesia. https://www.apjii.or.id/survei2017.
Diakses 12 September 2018.
Dana Iswara, I Gede Agus dan Jatra, I Made. 2017. Peran Brand
Image Dalam Memediasi Pengaruh Electronic Word Of Mouth Terhadap Purchase
Intention (Studi Kasus Pada Produk Smartphone Samsung di Kota Denpasar). E-Jurnal
Manajemen UNUD, 6(8) hal: 3991-4018.
Darmadi
Durianto, Sugiarto dan Tony Sitinjak. 2001. Strategi
Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Dewi,
Sutrisna. 2007. Komunikasi Bisnis. Edisi
1. Penerbit: C.V Andi Offset. Jakarta.
Durrani,
Baseer Ali, Msc., Senior Lecturer Danish Iqbal Godil, M-Phil., Senior Lecturer
Mirza Uzair Baig, Msc., Senior Lecturer Sana Sajid, Mba. 2015. Impact of Brand
Image on Buying Behaviour Among Teenagers. European
Scientific Journal, Vol.11 No.5, pp.155-168.
Dwi Putr, Made
Caesar Surya dan Ekawati, Ni Wayan. 2017. Pengaruh Inovasi Produk, Harga, Citra
Merk dan Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan Sepeda Motor Vespa. E-Jurnal Manajemen UNUD. 6(3), hal:
1674-1700.
Fandy
Tjiptono, 2005. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publising.
Fan,
Yi-Wen and Yi-Feng Miao. 2012. Effect of electronic word-of-mouth on consumer
Purchase Intention: the perspective of gender differences. International Journal of Electronic Business Management. 10(3), pp.
175-181.
Faresha, Karlina
Siti dan Dimas Hendrawan. 2017. Pengaruh Electronic Word of Mouth Terhadap
Purchase Intention yang Dimediasi oleh Variabel Brand Image Pada Situs Travel
Online Traveloka (Studi Pada Pengguna di Kota Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Brawijaya, 2
(7), hal.1-10
Febriana, L.,
and Rumyeni. 2016. The Influence of Word Of Mouth Communication towards Brand
Image of Iphone on Student of Political Science and Social Science Faculty
University of Riau. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 3(2):1-15.
Godey,
Bruno., Daniele Pederzoli., Gaetano Aiello., Raffaele Donvito., Priscilla
Chan., Hyunjoo Oh., Rahul Singh., Irina I. Skorobogatykh., Junji Tsuchiya.,
Bart Weitz. 2012. Brand and Country of Origin Effect on Consumers’ Decision to
Purchase Luxury Products. Journal of
Business Research, Vol.65, pp. 1461-1470.
Hamouda,
Manel dan Tabbane, Rym Srarfi. (2013). Impact of Electronic Word of Mouth
Evaluation on Purchase Intention: The Mediating Role of Attitude toward the
Product. International Journal of Online
Marketing. 3(2), 20- 37.
Haryantana,
I Putu Gede Handre dam Ni Wayan Ekawati. 2017. Pengaruh Celebrity Endorser,
Brand Image, dan Persepsi Kualitas Terhadap Niat Beli Sepeda Motor Honda Scoopy
di Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Unud,
Vol.4 No.9, hal. 2806-2830.
Herr,
P.M., Kardes, F.R. and Kim, J. (1991) Effects of word-of-mouth and product
attribute information on persuasion: an accessibility-diagnosticity
perspective. Journal of Consumer Research.
17, 454–62.
Indriani,
Anak Agung Sagung Istri & Nurcaya, I Nyoman. 2015. Pengaruh Kualitas
Pelayanan terhadap Word of Mouth yang Dimediasi oleh Kepercayaan Pelanggan pada
PT Auto Bagus Rent a Car Denpasar. E-Jurnal
Manajemen Unud, 4 (5), 1301-1321.
International
Data Corporation. 2018. Smartphone Vendor Market Share, 2017 Q4. https://www.idc.com/promo/smartphone-market-share/vendor. Diakses 11
September 2018.
Jalilvand, Mohammad Reza, Neda Samiei. 2012.
The Effect of Electronic Word of Mouth on Brand Image and Purchase Intention. Marketing Intelligence & Planning,
30 (4), pp: 460-476.
Kinnear, Thomas C, dan Taylor, James R.
1995. Riset
Pemasaran, Edisi tiga.
Jakarta, Erlangga.
Kotler, Philip, dan Gary Armstrong 2012.
Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13.
Jilid 1. Erlangga : Jakarta.
Kotler, Philip dan
Keller, 2009. Prinsip-Prinsip Pemasaran,
Erlangga, Jakarta.
Littlejohn,
Stephen dan Karen Foss. 2014. Teori Komunikasi. Dialih bahasakan oleh: Mohammad
Yusuf Hamdan. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Madahi, Abdolrazagh, Sukati, Inda. (2012). The effect of
external factors on purchase intention amongst young generation in Malaysia. International Business Research, 5(8),
1-7. Meenaghan
Mantauv,
Citra Suci. 2014. Pengaruh Brand Image dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan
Pembelian Mobil Toyota Rush dengan Variabel Intervening Kepuasan Konsumen. E-Jurnal Apresiasi Ekonomi, Vol.2 No.2.
hal. 81-88.
Mihalcea, Raluca & Iacob, Catoiu. 2008. Consumer Identity And Implications For The Brand Annales. University Apulensis Series Oeconomica, Faculty of Sciences.
2(10), pp:1-50.
Permadi,
Prima C., Srikandi K., dan Andriani K. 2014. Pengaruh Citra Merek Terhadap Word
Of Mouth dan Keputusan Pembelian (Survei pada Konsumen Dapoer Mie Galau Jalan
Selorejo 83 Malang). Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB), 10 (1), hal.2-7.
Peter,
J. P., & Olson, J. C. (2008). Consumer
behavior and marketing strategy (8th ed.). Singapore: McGraw-Hill.
Pertiwi,
Komang Yulia., Sukawati, Tjok Gede Raka. 2017. Brand Image memediasi WOM terhadap Niat Beli Menggunakan Wedding Service di Cahaya Dewi Beauty
Salon Denpasar. E-Jurnal Manajemen UNUD. 6(5),
hal: 2609-2641.
Prasetyo,
Ketut., Suryadi, Nanang. 2014. Pengaruh Electronic Word Of Mouth di Media
Sosial Twitter Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Restoran Cepat Saji Hoka -
Hoka Bento. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
Universitas Brawijaya. 2(1).
Putra,
Triya Darma I.K dan Eka Sulistyawati, 2015. Peran Brand Image dalam Memediasi Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Niat Beli. E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana. 4(6), hal 1722-1734
Rahi, Samir. 2016. Impact of Customer
Perceived Value and Customer’s Perception of Public Relation on Customer Loyalty with Moderating Role of Brand Image. Journal of Internet Banking and Commerce. 21(2).
Riduwan
dan Engkos Achmad Kuncoro. 2011. Cara
Menggunakan dan Memakai Path Analysis (analisis jalur). Bandung : Alfabeta.
Rares,
Angelina dan Rotinsulu Jopie Jorie. 2015. Pengaruh Harga, Promosi, Citra Merek
dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Toko Bengkel Gaoel
Manada Town Square. Jurnal EMBA,
Vol.3 No.2, hal. 592-604.
Romdonah,
Rinda., Azis Fathoni SE. MM,. Andi Tri Haryono SE. MM. 2015. Pengaruh Inovasi
Produk, Harga dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda
Beat (Studi Kasus pada Konsumen Dealer Honda Pratama Kurnia Kasih). Journal of Management, Vol.1 No.1.
Rumahak,
M. Dian., Rahayu, Budi. 2016. Pengaruh Word
of Mouth terhadap Purchase Intention melalui
Brand Image pada Lembaga Kursus
Bahasa Inggris Dynamic English Course Pare. Jurnal
Ekonomi Universitas Kediri. 1(2),hal :118-204.
Ruslim,
Tommy Setiawan dan Richard Andrew. 2012. Pengaruh Brand Image dan Product
Knowledge Terhadap Purchase Intention (Kasus: Kosmetik Merek “X”). Media Bisnis
Universitas Tarumanegara, 4 (1), h: 34-44
Saba,
Anwar Khan., Ramzan, Naveed., Shoaib, M., Mohyuddin, Adam. 2015. Impact Of Word Of Mouth On Consumer Purchase
Intention. SCI.Int (Lahore). 27(1)
pp:479-482.
Saraswati,
Agung Ratih dan Ketut Rahyuda. 2017. Brand Image Memediasi Kualitas Produk dan
Harga dengan Keputusan Pembelian Smartphone Apple di Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.6 No.6,
hal. 3252-3282.
Schiffman
dan Kanuk. 2008. Perilaku konsumen.
Edisi 7. Jakarta: Indeks
Sekaran,
Uma. 2003. Research Metods For Business.
New Jersey : Jhon Willey & Sons Inc.
Shah,
S., Aziz, J., Jaffari, A. R., Waris, S., Ejaz, W., Fatima, M., et al. (2012).
The impact of brands on consumer purchase intention. Asian Journal Of Business Management, 4(2), 105-110
Shimp,
Terence A. 2014. Intergrated Marketing
Communication in Advertising and Promotion. Salemba Empat. Jakarta.
Silverman,
George. 2001. The Secret of Word-of-Mouth
Marketing: How to Trigger Exponential Sales through Runaway Word-of-Mouth.
New York: AMACOM (American Management Association) Books.
Statista.
2018. Smartphone/mobile phone market
share worldwide by vendor 2009 - 2017. https://www.statista.com/statistics/271496/global-market-share-held-by-smartphone-vendors-since-4th-quarter-2009/.
Diakses 11 September 2018.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suryani,
Tatik. 2013. Perilaku Konsumen di Era
Internet.Yogyakarta : Graha Ilmu
Top
Brand Award. 2018. Top Brand Index 2018 Fase 1. http://www.topbrand-award.com/top-brand-survey/survey-result/top_brand_index_2018_fase_1.
Diakses 12 September 2018.
Tjokroaminoto,
Jesicca dan Kunto, Yohanes Sondang. 2014. Analisis Pengaruh Brand Image dan
Company Image Terhadap Loyalitas Retailer Studi Kasus PT Asia Paramita Indah. Jurnal Manajemen Pemasaran. 2(1), Hal.
1-11
Torlak,
Omer, Behcet Yalin Ozkara, Muhammet Ali Tiltay, Hakan Cengiz, Mehmet Fatih
Dulger. 2014. The Effect of Electronic Word of Mouth on Brand Image and
Purchase Intention: An Application Concerning Cell Phone Brands for Youth
Consummers in Turkey. Journal of Marketing Development and Competitiveness. Vol
8(2) pp:61-68.
Wahyuni,
Ni Luh Gede dan Gede Suparna. 2014. Pengaruh Brand Image dan Product Knowledge
Terhadap Purchase Intention Produk Tas Tiruan Di Kota Denpasar. E-Journal Universitas Udayana, 3 (4), h:
1022-1034.
Wang,
Ya-Hui., Cing-Fen Tsai. 2014. The Relationship Between Brand Image and Purchase
Intention: Evidence From Award Winning Mutual Funds. The International Journal of Business and Finance Research, 8 (2),
pp: 27-40
Weli Moksaoka, I Made dan Rahyuda, I Ketut. 2016. Peran Brand
Image Dalam Memediasi Country Of Origin Terhadap Purchase Intention. E-Jurnal
Manajemen Unud.
5(3), hal: 1690-1716.
Wibowo,
Setyo Ferry., Elsyana Purnama Sari., Basrah Saidani. The Effect of Trust and
Brand Image on Purchase Decree (US Toyota Car Survey in Jakarta Region). Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia
(JRMSI), Vol.8 No.2, pp. 317-337.
Wijaya,
Bambang Sukma. 2013. Dimensions of Brand Image : A Conceptual Review from the
Perspective of Brand Communication. European
Journal Business and Management, Vol.5 No.31, pp. 55-65.
Yee,
Karen Lim Lay, et al. 2011. Factors Affecting Smartphone Purchase Decision
Among Malaysian Generation Y. International
Journal of Asian Social Science. 3(12) pp: 2426-2440.
Lampiran – lampiran
Lampiran 1
KUESIONER
Peran Brand Image Memediasi Pengaruh Word Of MouthTerhadap Niat Beli
(Studi Pada Produk Smartphone Oppo Di Kota Denpasar)
(Studi Pada Produk Smartphone Oppo Di Kota Denpasar)
KepadaYth:
Bapak/Ibu/Saudara/i
Konsumen
Wardah Kosmetik
di Tempat
Dengan hormat, bersama ini saya yang
bertandatangan di bawah ini:
Nama : Ni Komang Triani Wahyuni Dewi
NIM : 1515251121
Fakultas/Universitas : Ekonomi dan Bisnis/Universitas Udayana
Program Studi :
Manajemen/Pemasaran
Saat ini sedang
melaksanakan penelitian yang berjudul “Peran Brand Image Memediasi Pengaruh Word
of Mouth Terhadap Niat Beli (Studi pada Produk Smartphone Oppo Di Kota Denpasar)”. Untuk maksud tersebut, saya
mohon kepada Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan mengisi kuesioner ini dengan lengkap,
jujur dan tanpa dipengaruhi oleh pihak lain. Kuesioner ini dipergunakan
sepenuhnya untuk kepentingan ilmiah dan saya berjanji untuk menjaga kerahasiaan
dari kuesioner ini.
Atas kerjasama,
bantuan perhatian, serta waktu luang yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan, saya
ucapkan terima kasih.
Denpasar, 1 November 2018
Hormat
saya,
Ni Komang Triani Wahyuni Dewi
NIM.1515251121
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ……………………………………………………………
Alamat : ……………………………………………………………
Berilah tanda (X) pada
jawaban yang anda pilih.
1.
Umur :
a. 18-23
tahun d.
37-44 tahun
b. 23- 30
tahun e.
> 44 tahun
c. 30- 37
tahun
2.
Pendidikan :
a. SMA/SMK c.
S1
b. Diploma d. Lainnya.........
3.
Pekerjaan
a.
Pelajar/Mahasiswa d. Wiraswata
b.
Pegawai Negeri Sipil e.Lainnya...........
c. Pegawai
Swasta
B. DAFTAR PERNYATAAN
Keterangan :
Simbol
|
Alternatif
Jawaban
|
Nilai
|
SS
|
Sangat Setuju
|
5
|
S
|
Setuju
|
4
|
N
|
Cukup Setuju
|
3
|
TS
|
Tidak Setuju
|
2
|
STS
|
Sangat Tidak Setuju
|
1
|
Berilah tanda (√) pada salah satu
jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda
1. Word Of Mouth
No
|
Pernyataan
|
SS
(5)
|
S
(4)
|
CS
(3)
|
TS
(2)
|
STS
(1)
|
1
|
Saya
menerima informasi dari komunikator tentang kekuatan produk/kualitas produk
yang baik dari smartphone Oppo.
|
|
|
|
|
|
2
|
Saya
mengerti tentang sebuah produk setelah melewati tahap evaluasi yang baik dari
orang lain tentang smartphone Oppo.
|
|
|
|
|
|
3
|
Saya
menerima rekomendasi dari orang lain untuk membeli produk smartphone Oppo.
|
|
|
|
|
|
2.
Brand Image
No.
|
Pernyataan
|
SS
(5)
|
S
(4)
|
CS
(3)
|
TS
(2)
|
STS
(1)
|
Saya tidak kesulitan membayangkan sebuah
merek smartphone Oppo yang berlebel
halal.
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Smartphone Oppo
memiliki kualitas produk yang dibintangi celebrity
endorser lebih unggul dari produk sejenisnya.
|
|
|
|
|
|
3
|
Saya
melihat produk smartphone Oppo yang
dibintangi oleh celebrity endorser
bermanfaat dan cocok dengan semua kulit.
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
3. Niat
Beli
No.
|
Pernyataan
|
SS
(5)
|
S
(4)
|
CS
(3)
|
TS
(2)
|
STS
(1)
|
1.
|
Saya akan mencari informasi
mengenai produk smartphone Oppo.
|
|
|
|
|
|
2
|
Saya
berkeinginan untuk segera membeli smartphone
Oppo.
|
|
|
|
|
|
3.
|
Saya memiliki preferensi
bahwa mencari produk smartphone Oppo.
|
|
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment