Saturday, April 20, 2019

Pengaruh Brand Image Terhadap Niat Beli


 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah                 
            Jaman modern seperti saat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa maraknya teknologi yang sangat canggih yang beredar di masyarakat. Sektor industri teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini adalah teknologi ponsel cerdas (smartphone), salah satu negara yang sedang dilanda oleh kemajuan teknologi smartphone  ialah Indonesia. Indonesia merupakan "raksasa teknologi digital Asia yang sedang tertidur" jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 265 juta jiwa adalah pasar yang besar. Pengguna smartphone  Indonesia juga bertumbuh dengan pesat, lembaga riset digital marketing emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone  di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika (Kominfo.go.id, diakses 9 Oktober 2018).
            Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang telah melakukan survei terhadap masyarakat Indonesia menunjukan sekitar 83,5% menggunakan smartphone dalam mengakses internet. Berikut ini adalah tabel hasil survei yang dilakukan APJII pengguna perangkat telekomunikasi di Indonesia.



Tabel 1.1  Pengguna Perangkat Internet

Pengguna Perangkat Internet
Persentase

Smartphone  dan Komputer
39,3 %

Smartphone  
44,2 %

Komputer
4,5 %

Sumber : APJII, 2017


           

Meningkatnya perkembangan teknologi dan sektor telekomunikasi mengakibatkan jumlah pengguna smartphone di seluruh dunia semakin meningkat (Lay-Yee et al., 2013). Trend beralihnya smartphone menjadi barang kebutuhan sekunder membuat permintaan masyarakat terhadap smartphone semakin meningkat. Tentu saja hal ini menjadi peluang besar yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan produsen smartphone untuk menjual produknya ke pangsa pasar yang lebih luas. Tingginya permintaan konsumen terhadap produk smartphone telah membuat persaingan yang sangat ketat, yang membuat semua perusahaan selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan cara selalu menginovasi produk mereka dengan teknologi dan fitur terbaru (Agus dan Jatra, 2017).
Strategi yang diterapkan suatu perusahaan akan berpengaruh langsung dalam membangun suatu citra pada produk yang diproduksi. metode pemasaran tradisonal yaitu promosi Word of Mouth (WOM) atau lebih tepatnya promosi dari mulut ke mulut masih merupakan jenis aktivitas pemasaran yang paling efektif di Indonesia. Citra dari suatu produk akan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya fenomena getok tular atau yang sering dikenal word of mouth. Word of mouth dapat dikategorikan sebagai suatu metode yang sangat efektif dalam meyakinkan calon konsumen karena calon konsumen cenderung lebih mempercayai orang – orang di sekitarnya yang telah terlebih dahulu menggunakan produk atau jasa tertentu dibandingkan dengan iklan ataupun sarana pemasaran lain yang digunakan oleh para produsen (Aditya dan Wardana, 2017).
 Little John dan Foss (2014:411) menyebutkan bahwa komunikasi lisan sangat fleksibel dan organis, pesan-pesan lisan sangat cepat dan bersifat sementara, sehingga individu dan kelompok harus menyimpan informasi dalam pikiran mereka dan memberikannya lagi melalui pembicaraan. WOM (word of mouth) lebih berpengaruh dalam pemilihan produk daripada informasi yang diperoleh dari media cetak. Ada banyak faktor dari mulut ke mulut yang mempertimbangkan konsumen sebagai sumber informasi yang lebih disukai (Saba et al., 2015). Konsumen akan menceritakan pengalamannya menggunakan produk atau jasa dari suatu perusahaan tertentu, atau bahkan sampai tahap merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada orang lain (Permadi dkk., 2014). Sutrisna (2007) berpendapat komunikasi menjadikan orang dapat saling berbagi informasi, bertukar pikiran, berbagi rasa dan memecah masalah yang dihadapi. Komunikasi dilakukan antar pribadi, kelompok, komunitas hingga komunitas antar bangsa. Setiap orang baik disadari atau tidak, melakukan komunikasi baik secara verbal maupun non verbal.
Niat beli ditentukan oleh manfaat dan nilai yang dirasakan oleh konsumen (Wang dan Tsai, 2014). Niat beli merupakan bentuk pikiran nyata dari rencana konsumen untuk membeli produk dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam situasi tertentu. Kesediaan pelanggan untuk membeli memiliki probabilitas yang lebih tinggi, meskipun pelanggan belum tentu benar-benar membelinya.
Tjiptono (2005) menjelaskan bahwa niat beli dapat ditingkatkan dengan memperhatikan beberapa factor, antara lain :
1)      Faktor Psikis, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri konsumen, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan, dan sikap yang ada di dalam diri masing-masing individu;
2)      Faktor Sosial, merupakan proses dimana perilaku seseorang dipengaruhi orang lain dan kebudayaan yang ada di sekitarnya seperti ; keluarga, status sosial, dan kelompok acuan;
3)      Pemberdayaan Bauran Pemasaran, faktor ini berasal dari perusahaan yang menjadi produsen terhadap produk yang digunakan oleh konsumen yang terdiri atas ; produk, harga, promosi dan distribusi. Brand image yang baik akan menimbulkan nilai-nilai emosional konsumen, oleh sebab itu perusahaan perlu untuk meningkatkan brand image mereka karena nilai emosional ini akan memicu terjadinya persepsi yang positif akan suatu produk yang akan menimbulkan niat beli (Weli dan Rahyuda, 2016).
Konsumen akan cenderung mengandalkan berbagai sumber informasi untuk memastikan kualitas dari suatu produk, dalam hal ini internet sebagai sarana dalam pencarian informasi sebelum melakukan pembelian. Perilaku konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh brand image tersebut, hal ini berarti brand image adalah salah satu unsur penting yang mampu mendorong calon konsumen untuk membeli sebuah produk. Semakin baik brand image yang melekat pada produk tersebut maka konsumen akan semakin tertarik untuk membeli, karena konsumen beranggapan bahwa suatu produk dengan citra merek yang baik maka akan dipercaya dan lebih memberikan rasa aman ketika konsumen itu menggunakan produk yang akan dibeli (Iswara dan Jatra, 2017). Brand image yang positif akan berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu produk dan tetap disukai dipasaran sehingga akan menentukan sikap yang dilakukan konsumen selanjutnya (Darma dan Sulistyawati, 2015).
Rahi (2016) berpendapat brand image perlu direncanakan, dikembangkan, didukung dan dijaga untuk mendapatkan keunggulan. Citra merek dibangun melalui iklan, dari mulut ke mulut, kelompok referensi, selebriti dan media (R. Mihalcea dan I. Catoiu, 2008). Pemasar perlu melakukan strategi yang intensif untuk meningkatkan brand image di hati konsumen. Dwi Putra dan Ekawati (2017) berpendapat bahwa brand image yang kuat akan memberikan keunggulan utama bagi perusahaan seperti menciptakan suatu keunggulan bersaing. Brand image yang baik akan berdampak positif bagi perusahaan karena mampu memberikan kepuasan kepada konsumennya, sehingga dapat meningkatkan daya tarik konsumen untuk menggunakan suatu produk (Aristyowati dkk., 2015). Citra merek yang positif akan lebih sering diingat oleh konsumen jika diucapkan secara positif, sebaliknya menjadi kurang diingat jika diucapkan secara negatif dari mulut ke mulut. Selain itu, citra merek yang lebih tinggi menyebabkan presepsi kualitas yang lebih tinggi dan citra merek yang lebih rendah akan menyebabkan penurunan kualitas yang dirasakan. Ucapan dari mulut ke mulut yang lebih positif juga menyebabkan presepsi kualitas yang lebih tinggi, dan sebaliknya akan mengarahkan pada penurunan presepsi kualitas.
            Sektor industri teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini adalah teknologi ponsel cerdas (smartphone). Handphone yang dulunya merupakan alat komunikasi yang sangat eksklusif berubah menjadi sebuah alat komunikasi komersil yang hampir dimiliki oleh semua orang. Smartphone merupakan teknologi yang sangat diperlukan bagi sebagian besar masyarakat diseluruh dunia sehingga banyak produsen smartphone yang bersaing dalam meningkatkan pangsa pasarnya. Beberapa perusahaan itu anatara lain : 5 vendor teratas smartphone  yang sedang bersaing secara global adalah Samsung, Apple, Huawei, Oppo, dan  Xiaomi. Berikut adalah data global market share terbaru yang diperoleh dari Statista yang ditampilkan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Global Market Share Smartphone Vendors
Merek
Tahun
2015
2016
2017
Samsung
20,4 %
18 %
21.9 %
Apple
18,7 %
18,2 %
15.2 %
Huawei
8,2 %
10,5 %
10.8 %
Oppo
3,6 %
7,3 %
7.6%
Xiaomi
4,6 %
3,3 %
76.4%
            Sumber : Statista, 2018          
            Tabel 1.2 yang menunjukan bahwa produsen besar pada industri smartphone merupakan Samsung dan Apple, hal ini dapat dilihat dari perolehan market share yang paling banyak daripada pesaing lainnya. Market leader pada tahun 2017 adalah Apple setelah berhasil merebut market share Samsung pada tahun 2016 dan 2017. Huawei dapat mempertahankan market share yang dimilikinya pada kisaran 10 persen mesikipun mengalami penurunan 0,3 persen dari tahun 2016 sampai tahun 2017. Xiaomi dapat meningkatkan market share yang dimilikinya dengan cukup tinggi dari 3,3 persen hingga 7 persen pada tahun 2016 sampai 2017. Hal ini mengindikasikan bahwa produk Xiaomi mulai dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Sejak awal kehadirannya, Oppo membangun kekuatannya pada teknologi selfie expert dan camera phone. Kedua teknologi ini disuguhkan sekaligus menjadi tagline kuat smartphone  asal Cina ini pada konsumen Indonesia. Oppo mengalami pertumbuhan market share yang tinggi di tahun 2016 yang berarti tingginya minat konsumen terhadap produk smartphone Oppo, tetapi pada tahun 2017 market share Oppo mengalami penurunan yang mengindikasikan produk yang ditawarkan Oppo mulai kalah bersaing dengan merek lainnya. Menurunnya market share Oppo juga disebabkan oleh perubahan pada strategi salurannya dengan menjadi lebih selektif terhadap mitra ritelnya (International Data Corporation, 2018). Adanya penurunan market share ini, Oppo harus mengembangkan strategi pemasarannya untuk dapat bersaing di pasar internasional, tidak terkecuali pada negara Indonesia.
            Persaingan produk smartphone pada Indonesia sangatlah ketat dengan adanya berbagai produsen smartphone yang memasuki pasar Indonesia. Melihat hasil survei Top Brand Award merupakan cara yang dapat digunakan untuk melihat produk smartphone yang diminati pada pasar Indonesia. Penilaian yang digunakan Top Brand Award dalam menentukan Top Brand adalah dengan cara membandingkan indikator mind share, market share dan commitment share suatu produk dengan jenis produk yang sama. Smartphone yang diminati pada pasar Indonesia dapat dilihat dari hasil survei terbaru Top Brand Award kategori smartphone pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Top Brand Fase 1 Kategori Smartphone 2018
Merek
TBI
Samsung
48,6 %
Oppo
11,2 %
Xiaomi
5,5 %
Lenovo
4,5 %
Nokia
4,3 %
Sumber : Top Brand Award, 2018
            Tabel 1.3 menunjukan bahwa Samsung merupakan Top Brand nomor 1 Indonesia. Hal ini dikarenakan Samsung merupakan produsen smartphone yang besar dan sudah bermain cukup lama pada industri smartphone khususnya pada pasar Indonesia. Posisi Top Brand nomor 2 ditempati oleh merek Oppo yang mampu membangun brand image yang kuat dalam waktu 5 tahun semenjak memasuki pasar Indonesia pada tahun 2013. Hal ini menunjukan produk Smartphone  Oppo mampu memberikan kesan yang kuat di benak konsumen sehingga mampu memperoleh Top Brand nomor 2 mengalahkan Xiaomi, Lenovo, dan Nokia di awal tahun 2018 walaupun pada tahun 2017 Oppo mengalami penurunan market share pada pasar internasional.
            Kesuksesan Oppo dalam mempertahankan brand image yang dimilikinya tidak terlepas dari inovasi dan mengikuti trend permintaan pasar, seperti trend smartphone dengan layar besar dan memiliki kamera yang mampu menghasilkan foto selfie dengan jernih (Oppo F5). Oppo sendiri terus membangun brand image yang dimilikinya terutama dalam menanamkan ciri khas sebagai smartphone dengan kamera yang mampu mengambil gambar selfie terbaik. Hal tersebut dapat dilihat dari usaha Oppo yang memfokuskan pengembangan smartphone dalam teknologi selfie selama 10 tahun terakhir serta Oppo sendiri telah menggunakan motto brand Smartphone  yang menunjukan ciri khas kamera selfie yang dimilikinya dengan menggunakan motto the selfie expert and leader. Persaingan yang kian kompetitif antara pemain Smartphone  di Indonesia perlu disiasati Oppo untuk mempersiapkan strategi yang baik dan membangun jaringan purna jual yang kuat serta marketing cost yang tinggi.
Tabel 1.4
Indonesian Top 5 Smarthphone Companies by Year Over Year (YOY) Market share Comparation 2018
Merek
Tahun
2017

2018
Samsung
32%

27 %
Xiaomi
3%

25 %
Oppo
24 %

18 %
Vivo
3 %

9 %
Advan
9 %

6 %
            Sumber : IDC, 2018   
            Menurut tabel 1.4 dapat dilihat bahwa Xiaomi berhasil meraup pangsa pasar sebanyak 25 persen, naik signifikan dari tahun sebelumnya yang cuma 3 persen. Xiaomi menggeser Oppo yang pada kuartal II-2018 ini mengalami penurunan pangsa pasar menjadi 18 persen, dibanding 24 persen pada tahun lalu. Oppo harus mampu meningkatkan brand image terhadap produknya agar mampu bersaing dengan pesaing lainnya. Melakukan peningkatan brand image diharapkan dapat mempengaruhi niat beli konsumen dalam mengambil langkah untuk melakukan pembelian. Word of mouth memainkan peran penting dalam perilaku konsumen. Konsumen yang terkena word of mouth positif lebih memungkinkan untuk membuat niat beli, dan sebaliknya konsumen yang terkena kata negatif dari word of mouth cenderung untuk tidak membuat niat beli. Perilaku yang dimaksudkan disini adalah perilaku konsumen dalam melakukan niat beli yang diawali dari niat beli konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Adanya fenomena kesuksesan smartphone Oppo yang baru memasuki pasar smartphone  Indonesia tetapi dalam waktu 5 tahun berhasil menjadi berhasil menjadi top brand peringkat 2 di tahun 2018 walaupun pada tahun 2018 smartphone  Xiaomi mengalami peningkatan yang pesat dibandingkan Oppo sehingga merek smartphone Oppo dianggap menarik menjadi subjek penelitian.
Tabel 1.5
Hasil Wawancara Tentang Keluhan Konsumen
Smartphone Oppo
Keluhan
Jumlah keluhan/konsumen
Baterai yang cepat habis & panas
28
Harga yang mahal, kualitas standar
23
Baterai non removable
19
Bodi smartphone masih terbuat dari plastik
17
Sumber : Data diolah, 2018
           




Berdasarkan subjek penelitian yang dipilih yaitu smartphone Oppo, maka wawancara awal terhadap konsumen smartphone Oppo telah dilakukan. Hasil dari wawancara terhadap beberapa pengguna smartphone Oppo menyatakan beberapa pengguna smartphone Oppo merasa tidak puas akan pembelian smartphone Oppo tersebut. Hal ini disebabkan karena terdapat spesifikasi dan fitur-fitur smartphone Oppo yang tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan serta harga yang ditawarkan juga masih terlalu mahal bagi beberapa golongan di masyarakat. Adanya pengguna smartphone Oppo yang merasa tidak puas sehingga menurunkan niat beli pelanggan karena smartphone Xiaomi yang mengetahui trend apa yang akan digemari oleh pasar ke depannya. Hal itu terlihat pada Xiaomi Redmi 5, 5 Plus, dan Note 5, yang menjawab keinginan banyak orang untuk memiliki smartphone dengan model terkini dibandingkan smartphone Oppo.
Ruslim dan Andrew (2012), Jalilvand dan Samei (2012) ,Wahyuni dan Suparna (2014), Wang dan Tsai (2014), serta Subiyanto (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara brand image dan purchase intention. Penelitian Ruslim dan Andrew (2012), Wahyuni dan Suparna (2014), serta Wang dan Tsai (2014) diketahui bahwa kredibilitas seorang celebrity endorser memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap brand image, dan mempengaruhi purchase intention konsumen melalui brand image suatu produk.
            Rahma dalam Kurniawan (2012) mengemukakan bahwa brand image akan berpengaruh langsung terhadap tingginya minat beli terhadap suatu produk karena konsumen akan memiliki alasan untuk membeli atau menggunakan produk dengan brand image yang dianggap khalayak sebagai produk yang baik, berkualitas, dan dipakai oleh orang terkenal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Torlak et al. (2014) menunjukkan bahwa e-WOM berpengaruh positif terhadap citra merek. Penelitian oleh Aberdeen et al. (2016) yang menyatakan citra merek berpengaruh terhadap niat beli. Hasil berbeda ditemukan oleh Herdani & Sunaryo (2016), dalam penelitian tersebut WOM tidak berpengaruh signifikan terhadap niat beli. Ketidakkonsistenan hasil temuan ini diduga karena terdapat satu faktor yang mempengaruhi niat beli yaitu citra merek sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aberdeen et al. (2016) yang menyatakan bahwa citra merek memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli. Ruslim dan Andrew (2012), Jalilvand dan Samei (2012), Wahyuni dan Suparna (2014), Wang dan Tsai (2014), serta Subiyanto (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara brand image dan purchase intention.
            Berdasarkan fenomena, hasil wawancara dan research gap yang telah dipaparkan pada latar belakang ini, maka penelitian ini membahas mengenai “Brand Image Memediasi Word Of Mouth Terhadap Niat Beli Produk Smartphone Oppo di Kota Denpasar”.

1.2 Rumusan Permasalahan
            Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah adalah :
1)      Bagaimanakah pengaruh word of mouth terhadap brand image pada produk smartphone  Oppo di Kota Denpasar ?
2)      Bagaimanakah pengaruh word of mouth terhadap niat beli pada produk smartphone  Oppo di Kota Denpasar ?
3)      Bagaimanakah pengaruh brand image terhadap niat beli pada produk smartphone  Oppo di Kota Denpasar ?
4)      Bagaimanakah peran brand image dalam memediasi hubungan word of mouth dengan niat beli pada produk Smartphone  Oppo di Kota Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian
            Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1)      Untuk menjelaskan pengaruh Word Of Mouth terhadap brand image pada produk smartphone  Oppo di Kota Denpasar.
2)      Untuk menjelaskan pengaruh Word Of Mouth terhadap niat beli pada produk smartphone  Oppo di Kota Denpasar.
3)      Untuk menjelaskan pengaruh brand image terhadap niat beli pada produk smartphone  Oppo di Kota Denpasar.
4)      Untuk menjelaskan peran brand image dalam memediasi hubungan Word Of Mouth dengan niat beli pada produk smartphone  Oppo di Kota Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian
            Terdapat manfaat dari hasil penelitian ini, yaitu :
1)      Kegunaan teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, wawasan dan informasi mengenai peran brand image dalam memediasi hubungan antara word of mouth dengan niat beli pada produk smartphone  Oppo, serta dapat menjadi refrensi bagi penelitian berikutnya.
2)      Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pemasar mengenai peran brand image, word of mouthterhadap niat beli konsumen pada produk smartphone Oppo agar para pemasar lebih meningkatkan brand image agar lebih kuat dengan meningkatkan kualitas produknya yang akan berpengaruh pada niat beli.








BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Niat beli
Niat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum benar-benar melakukan pembelian (Kinnear, 1995). Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan kecenderungan pembelian. Pembelian aktual yaitu pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, kecenderungan pembelian merupakan sebuah niat yang timbul pada konsumen untuk melakukan pembelian pada waktu yang akan datang.
Niat beli juga dapat diartikan sebagai konsumen lebih memilih untuk membeli produk atau layanan karena merasa bahwa membutuhkan produk atau jasa tersebut (Madahi dan Sukati, 2012). Jaafar dan Laalp (2013) menjelaskan bahwa niat beli adalah penggunaan alat yang efektif dalam memprediksi proses pembelian. Setelah konsumen memutuskan untuk membeli produk di toko tertentu didasarkan pada dorongan karena niat yang dimilikinya
Niat beli dapat diartikan sebagai keinginan untukmembeli di mana menurut Peter dan Olson (2007:149) keinginan adalah sebuah rencana untuk terlibat dalam suatu perilaku khusus guna mencapai tujuan. Perilaku (behavioral) adalah tindakan khusus yang ditujukan pada beberapa objek target.
Menurut Durianto (2001) dikutip oleh Tanomi (2012), terdapat tiga indikator dari niat beli yang digunakan oleh pelanggan, yaitu :
1)      Intensitas pencarian informasi mengenai suatu produk.
2)      Keinginan untuk segera mencari, membeli dan memiliki produk.
3)      Memiliki preferensi bahwa produk tertentu inilah yang diinginkan .
2.1.2 Brand Image
            Brand image yang kuat biasanya memiliki ciri khas yang berbeda dari pesaingnya sehingga brand image tersebut dapat tergambar dihati dan pikiran konsumen dalam waktu yang lama. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:157) brand image adalah persepsi yang ada di benak konsumen yang bertahan lama tentang suatu merek.
            Brand image dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu (Romdonah dkk., 2015). Menurut Godey et al. (2012) brand image dapat mempengaruhi persepsi dan sikap konsumen diberbagai kesempatan. Brand image produk yang baik dapat mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut daripada produk yang sama dengan merek lainnya (Rares dan Jorie, 2015).
            Brand image suatu produk adalah gambaran atau cerminan dari brand suatu produk yang akan dibeli oleh konsumen (Wibowo dkk., 2017). Penciptaan brand image sangat penting dilakukan karena dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Brand image merupakan salah satu aspek yang kuat yang dapat membangun reputasi merek tertentu di pasar sasaran (Durrani et al., 2015). Haryantana dan Ekawati (2017) menyatakan brand image memiliiki sifat khas, dan sifat khas tersebut yang membedakan produk yang satu berbeda dengan produk yang lainnya, walaupun sejenis. Wijaya (2013) menyatakan terdapat 5 dimensi brand image yaitu :
1)      Identitas merek adalah identitas fisik yang terkait dengan merek atau produk yang membuat konsumen dapat dengan mudah mengidentifikasi dan membedakan dengan merek atau produk lain;
2)      Kepribadian merek adalah karakter khas sebuah merek yang membentuk kepribadian tertentu sebagai manusia, sehingga konsumen dapat dengan mudah membedakannya dengan merek lain dalam kategori yang sama;
3)      Asosiasi merek adalah hal-hal spesifik yang pantas atau selalu dikaitkan dengan sebuah merek;
4)      Sikap merek atau perilaku merek adalah sikap atau perilaku suatu merek saat berkomunikasi dan berinteraksi dengan konsumen agar dapat menawarkan manfaat dan nilai yang dimilikinya;
5)      Manfaat dan kompetensi merek adalah nilai, kelebihan dan kompetensi khas yang ditawarkan oleh merek dalam memecahkan masalah konsumen, yang memungkinkan konsumen untuk mendapatkan keuntungan karena kebutuhan, keinginan, impian dan obsesi mereka diwujudkan dengan apa yang ditawarkannya.
            Ago et al. (2015) menyatakan umumnya konsumen lebih percaya bahwa mereka dapat melakukan pembelian yang memuaskan dengan memilih merek yang terkenal dan menurunkan resiko pembelian dengan melakukan hal tersebut. Hal ini memiliki arti bahwa konsumen lebih mempercayai merek yang lebih terkenal sehingga strategi peningkatan brand image diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Brand Image adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu (Mantauv, 2014).
            Saraswati dan Rahyuda (2017) menyatakan brand image merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek tersebut. Persaingan yang semakin ketat dalam dunia industri, menuntut perusahaan lebih kreatif dalam membangun mereknya sehingga merek tersebut dapat memiliki keunggulan kompetitif. Brand image yang baik akan sangat mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan begitu juga produknya agar dapat tetap bertahan dan dicintai dipasar yang nantinya akan menentukan sikap selanjutnya yang dilakukan oleh konsumen (Wahyuni dan Suparna, 2014). Arimbawa dan Ekawati (2017) menyatakan brand image merupakan aset perusahaan untuk kedepannya dikarenakan brand image akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap suatu produk.
            Brand image produk yang baik akan mendorong calon pembeli untuk membeli produk tersebut daripada membeli produk yang sama dengan merek lain (Rares dan Jorie, 2015). Membangun brand image yang kuat dapat dicapai dengan program marketing yang kuat terhadap produk yang dimaksud, serta memiliki keunikan yang dapat dibedakan dengan produk lainnya (Aryadhe dan Rastini, 2016). Menurut Shimp (2014:40) mengukur brand image dapat dilakukan berdasarkan indikator yaitu :
1)      Kekuatan (strengthness) adalah keunggulan bersifat fisik yang dimiliki merek dan tidak ditemukan pada merek lainnya. Kekuatan yang dimaksud berupa fasilitas produk, penampilan fisik produk, harga produk dan penampilan fasilitas pendukung produk tersebut.
2)      Keunikan (uniqueness) adalah kemampuan dalam membedakan suatu merek dengan merek lainnya yang muncul dengan adanya atribut produk yang menjadi diferensiasi dengan produk lainnya. Keunikan yang dimaksud berupa variasi penampilan produk, variasi harga produk dan diferensiasi penampilan fisik produk.
3)      Kesukaan (favorable) adalah kemampuan suatu merek agar mudah diingat oleh konsumen. Keunggulan yang dimaksud berupa kemampuan suatu merek untuk mudah diingat oleh konsumen, kemudahan dalam mengucapkan merek dan kesesuaian kesan merek di benak konsumen dengan citra yang diinginkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
            Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan, brand image adalah persepsi tentang suatu merek yang berada pada benak konsumen yang didapatkan melalui pengalaman maupun informasi yang didapatkan mengenai merek tersebut.



2.1.3 Word of mouth (mulut ke mulut)
Word of mouth adalah komunikasi dari orang ke orang antara sumber pesan dan penerima pesan dimana penerima pesan menerima pesan dengan cara tidak komersil mengenai suatu produk, pelayanan, atau merek. Word of mouth menjadi referensi yang membentuk harapan pelanggan. Persepsi pelanggan mengenai kualitas pelayanan yang telah diterima adalah hal yang sering di perbincangkan. Pelanggan akan memasukkan produk, jasa, dan merek itu kedalam daftar percakapan dan secara sadar atau tanpa sadar mengungkapkannya kepada orang lain secara lisan (word of mouth) dalam berbagai kesempatan (Indriani dan Nurcaya, 2015).
Menurut Kotler & Keller (2009:512) word of mouth marketing adalah kegiatan pemasaran melalui perantara orang ke orang baik secara lisan, tulisan, maupun alat komunikasi elektronik yang berhubungan dengan pengalaman pembelian jasa atau pengalaman menggunakan produk atau jasa. Word of mouth memiliki kekuatan besar yang berdampak pada perilaku pembelian konsumen. Rekomendasi dari teman yang sudah dipercaya, asosiasi, dan konsumen lain berpotensi untuk lebih dipercaya dibandingkan dari sumber komersil, seperti iklan dan salespeople. Sebagian besar, word of mouth terjadi secara alami, konsumen mulai dengan membicarakan sebuah merek yang mereka gunakan kepada orang lain. (Kotler & Amstrong, 2012: 139). Harris et al (2013) mendefinisikan komunikasi WOM sebagai komunikasi informal orang ke orang antara komunikator nonkomersial dan penerimanya berdasarkan merek, produk, organisasi, atau jasa. WOM ini dapat bermuatan positif atau negatif. WOM negatif bertujuan untuk merendahkan objek dalam komunikasi tersebut.
Word of mouth (WOM) sebagai metode komunikasi antara dua orang non komersial dan tanpa manfaat dalam bisnis yang mereka bicarakan. Konsumen belajar mengenai produk dan merek baru terikat dengan kelompok konsumen yang ada di masyarakat dari dua hal, yaitu melalui pengalaman dan pengamatan terhadap penggunaan produk konsumen lainnya, dan mencari informasi dengan bertanya kepada konsumen lain yang tahu dan pernah menggunakan produk yang akan dibelinya (Suryani,2013:169).
Indikator dari variabel word of mouth (WOM) menurut Silverman, G (2001) adalah sebagai berikut :
1)      Listen to many of my friends said that the product is powerful. Indikator pertama menjelaskan komunikan (penerima) menerima informasi (mendengarkan) dari komunikator (pengirim) tentang sebuah kekuatan produk/kualitas produk yang baik. Jika komunikan mendengarkan hal yang positif tentang produk maka komunikan akan tertarik/ikut membicarakan tentang produk tersebut;
2)      Evaluation of others has played a good role for me to understand the product. Indikator kedua menjelaskan komunikan mengerti tentang sebuah produk setelah melewati tahap evaluasi yang baik dari orang lain. Evaluasi yang dimaksud adalah tanggapan secara keseluruhan tentang suatu produk;
3)      The recommendation of a friend has an important role in my decision. Indikator ketiga menjelaskan tentang rekomendasi dari orang lain dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Rekomendasi dari orang lain menggambarkan pengalamannya saat membeli atau memiliki suatu produk.
2.2 Kerangka Konseptual
            Penelitian ini membahas tentang pengaruh word of mouth (X) terhadap brand image (Y1) , word of mouth (X) terhadap niat beli (Y2), brand image (Y1) terhadap niat beli (Y2), serta meneliti tentang variabel mediasi yaitu brand image (Y1) dari word of mouth( X) terhadap niat beli (Y2). Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut :
Brand Image (Y1)
Niat beli (Y2)
Word of mouth (X)
H1
H2
H3
H4

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian


2.3 Hipotesis Penelitian
2.3.1 Pengaruh word of mouth terhadap brand image
            Word of mouth (WOM) adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang yaitu komunikator dan penerima yang sedang bertukar pikiran, ide atau yang lain tanpa maksud tujuan tertentu. Positive word of mouth dapat meningkatkan penilaian konsumen terhadap brand image Menurut Herr et al. (1991). Febriana and Rumyeni (2016) menemukan hasil bahwa komunikasi word of mouth berpengaruh positif pada brand image. Brand image menggambarkan seluruh pendapat tentang merek dan terbentuk berdasarkan informasi dan pengalaman masa lalu mengenai merek tersebut (Tjokroaminoto and Kunto, 2014).
Penelitian  yang dilakukan oleh Jalilvand (2012), Torlak et al. (2014), Pertiwi & Tjok (2014), serta Faresha & Dimas (2017) dan Ruhamak and Rahayu (2016) menemukan hasil bahwa komunikasi word of mouth berpengaruh positif pada brand image. Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut
H1   :    Word of mouth berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand image
2.3.2 Pengaruh word of mouth terhadap niat beli
            Saba (2015) menyatakan variabel word of mouth memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel niat beli konsumen. Yi (2012), menyatakan bahwa word of mouth yang didukung dengan variabel gender, berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli. Perilaku konsumen sangat berpengaruh dalam mempengaruhi tumbuh atau tidaknya niat beli dari konsumen (Hamouda, 2013).
Menurut (Prasetyo dan Nanang, 2014), perkembangan teknologi pada suatu daerah dapat memperlancar fenomena terjadinya word of mouth yang juga turut andil dalam tumbuhnya niat beli konsumen. Metode word of mouth yang berbasis teknologi terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat beli konsumen online. (Alfina, 2014).
Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut
H2   :    Word of mouth berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli
2.3.3 Pengaruh brand image terhadap niat beli
            Brand image berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen dan merupakan salah satu faktor kunci yang dipertimbangkan. Hal itu telah menunjukkan bahwa brand image merupakan isyarat ekstrinsik untuk evaluasi kualitas produk, dan brand image menjadi lebih baik jika memiliki presepsi kualitas yang tinggi (Grewal et al., 2013).
Ketika isyarat intrinsik konsumen atau atribut lainnya dari produk tidak dapat membantu konsumen menilai kualitas produk, brand image biasanya digunakan sebagai dasar dari evaluasi. Menurut Aaker dan Keller (2010), brand image yang baik dapat meningkatkan loyalitas konsumen merek, kepercayaan, dan juga niat untuk membeli produk dari brand yang dipercayainya. Oleh karena itu, brand image memiliki pengaruh langsung pada volume penjualan produk (Thomson et al., 2005).
Penelitian oleh Cretu & Brodieb (2007), Wang & Yang (2010), Rahmawan & Sigit (2016), Aberdeen et al. (2016), serta Akbar & Rosita (2017) menemukan bahwa citra merek berpengaruh positif terhadap niat beli.
            Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut
H3   :    Brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli

2.3.4 Peran brand image dalam memediasi word of mouth pada niat beli 
            Kesan atau image dari merek itu sendiri dapat memengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu merek (Ruth et al., 2002). Park et al. (1986); dan Juhairi et al. (2016) menyatakan brand image memiliki pengaruh langsung pada volume penjualan produk. Aaker and Keller (1990); Putra and Sulistyawati (2015); dan Kirwadi (2016) menyatakan semakin baik image suatu produk maka akan semakin tinggi keinginan membeli dari konsumen. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, pernyataan tersebut dijelaskan oleh Ruhamak and Rahayu (2016) yang menemukan pengaruh mediasi dari brand image antara word of mouth dengan niat beli.        
Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis yang dapat ditarik pada penelitian ini yaitu
H4   :    Brand image berpengaruh positif dan signifikan dalam memediasi   word of mouth dengan niat beli










BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian
            Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif, karena bertujuan untuk menguji variabel bebas word of mouth (X) dengan satu variabel terikat yaitu niat beli (Y2) dengan variabel mediasi yaitu brand image (Y1).
            Penelitian ini membahas tentang pengaruh word of mouth terhadap brand image, word of mouth terhadap niat beli, brand image terhadap niat beli, serta meneliti tentang variabel mediasi yaitu brand image terhadap word of mouth dan niat beli.

3.2 Lokasi Penelitian
            Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar. Kota Denpasar dijadikan sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan Kota Denpasar merupakan ibukota Provinsi Bali dan terdapat banyak masyarakat yang menggunakan berbagai jenis smartphone pada Kota Denpasar sehingga sangat mudah untuk menemukan responden yang sesuai dengan kategori yang diteliti.

3.3 Objek Penelitian
            Objek dari penelitian ini adalah word of mouth dan brand image yang dikaitkan dengan niat beli pada produk smartphone Oppo di Kota Denpasar.

3.4 Identifikasi Variabel
            Variabel – variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah :
1)      Variabel Eksogen pada penelitian ini adalah word of mouth (X);
2)      Variabel Mediasi pada penelitian ini adalah brand image (Y1);
3)      Variabel Endogen dalam penelitian ini adalah niat beli (Y2).

3.5 Definisi Operasional Variabel   
3.5.1 Kualitas produk
Word of mouth (WOM) adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang yaitu komunikator dan penerima yang sedang bertukar pikiran, ide atau yang lain tanpa maksud tujuan tertentu. Indikator dari variabel word of mouth (WOM) menurut Silverman, G (2001) adalah sebagai berikut :
1)      Listen to many of my friends said that the product is powerful. Indikator pertama menjelaskan komunikan (penerima) menerima informasi (mendengarkan) dari komunikator (pengirim) tentang sebuah kekuatan produk/kualitas produk yang baik. Jika komunikan mendengarkan hal yang positif tentang produk maka komunikan akan tertarik/ikut membicarakan tentang produk tersebut;
2)      Evaluation of others has played a good role for me to understand the product. Indikator kedua menjelaskan komunikan mengerti tentang sebuah produk setelah melewati tahap evaluasi yang baik dari orang lain. Evaluasi yang dimaksud adalah tanggapan secara keseluruhan tentang suatu produk;
3)      The recommendation of a friend has an important role in my decision. Indikator ketiga menjelaskan tentang rekomendasi dari orang lain dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Rekomendasi dari orang lain menggambarkan pengalamannya saat membeli atau memiliki suatu produk.
3.5.2 Brand image
            Brand Image merupakan persepsi yang ditangkap oleh konsumen saat mendengar dan melihat mengenai merek smartphone Oppo. Adapun indikator brand image yang digunakan adalah Wijaya (2013) dan Shimp (2014:40) yaitu :
1)      Sikap merek atau perilaku merek adalah persepsi responden tentang kualitas yang ditawarkan merek smartphone Oppo terhadap konsumennya;
2)      Manfaat dan kompetensi merek adalah manfaat yang diberikan merek smartphone Oppo terhadap konsumennya;
3)      Kekuatan adalah ketertarikan konsumen terhadap merek smartphone Oppo setelah melihat harga produknya;
4)      Keunikan adalah keunikan yang dilihat oleh konsumen terhadap smartphone  Oppo dibandingkan merek lainnya;
5)      Kesukaaan adalah kemampuan merek smartphone Oppo untuk menimbulkan kesan yang baik sehingga menimbulkan kesukaan di hati konsumen.
3.5.3 Niat beli
Niat beli dapat diartikan sebagai keinginan untuk membeli di mana menurut Peter dan Olson (2007:149) keinginan adalah sebuah rencana untuk terlibat dalam suatu perilaku khusus guna mencapai tujuan terhadap produk smartphone Oppo.
Menurut Durianto (2001) dikutip oleh Tanomi (2012), terdapaat tiga indikator dari niat beli yang digunakan oleh pelanggan, yaitu :
1)      Mencari  informasi mengenai produk
Menjelaskan bahwa konsumen akan mencari informasi mengenai produk smartphone Oppo.
2)      Keinginan untuk segera membeli
Menjelaskan bahwa konsumen adanya keinginan untuk segera membeli smartphone Oppo.
3)      Memiliki preferensi bahwa produk ini yang dicari
Menjelaskan bahwa konsumen memiliki preferensi bahwa mencari produk smartphone Oppo.
            Seluruh variabel dan Indikator masing-masing variabel disajikan secara ringkas pada tabel berikut ini
Tabel 3.1
Klasifikasi Variabel
Variabel
Indikator
Sumber
Eksogen
Word of mouth(X1)
1)      Menerima informasi dari komunikator tentang sebuah kekuatan produk/kualitas produk yang baik(X1.1);
2)      komunikan mengerti tentang sebuah produk setelah melewati tahap evaluasi yang baik dari orang lain. (X1.2);
3)      rekomendasi dari orang lain dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.(X1.3).
Silverman, G (2001)
Mediasi
Brand Image (Y1)
1)      Sikap merek atau perilaku merek (Y1.1);
2)      Manfaat dan kompetensi merek (Y1.2);
3)      Kekuatan (Y1.3);
4)      Keunikan (Y1.4);
5)      Kesukaan (Y1.5).
Wijaya (2013) dan Shimp (2014:40)
Endogen
Niat beli (Y2)
1)      1 Mencari  informasi mengenai produk (Y2.1);
2)      Keinginan untuk segera membeli (Y2.2);
3)      Memiliki preferensi bahwa produk ini yang dicari(Y2.3).
Tanomi (2012)
Indikator Variabel


3.6. Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen smartphone Oppo. Populasi dalam penelitian ini bersifat infinite (tidak terbatas). Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian terhadap produk smartphone Oppo dan masih menggunakan Smartphone  Oppo tersebut. Teknik penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sampling dengan metode purposive sampling, yaitu sampel ditentukan dengan pertimbangan tertentu. Kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :
1)      Berdomisili di Kota Denpasar. Pertimbangan pemilihan di Kota Denpasar karena Kota Denpasar merupakan ibukota Provinsi Bali sehingga masyarakat Kota Denpasar dinilai lebih mengikuti trend teknologi smartphone dalam menunjang kehidupan sehari-hari;
2)      Pendidikan terakhir minimal SMA / SMK sederajat. Pertimbangan ini digunakan dengan alasan seseorang dengan jenjang pendidikan minimal SMA / SMK dapat memahami isi dari kuesioner;
3)      Responden belum pernah membeli produk smartphone Oppo;
4)      Responden pernah mendengar produk smarphone Oppo.
            Menurut Sugiyono (2016:112) untuk memperoleh hasil yang baik ukuran sampel responden yang diambil untuk mengisi kuesioner dapat ditentukan paling sedikit 5 – 10 kali jumlah indikator yang diteliti. Penelitian ini menggunakan 11 indikator sehingga dengan menggunakan estimasi berdasarkan jumlah parameter diperoleh ukuran sampel sebesar 60 – 120 responden. Jumlah dari sampel responden yang akan diuji di dapat dari hasil perhitungan sebagai berikut :
Jumlah Responden  = 11 indikator x 10 = 120 responden    
            Dipilihnya 110 responden karena dalam penelitian ini menggunakan metode path analysis dimana dalam metode tersebut harus menggunakan minimal 100 sampel. Menurut Roscoe dalam Sekaran (2003) parameter sampel yang baik adalah sekitar 70-140 sampel. Jadi, dengan dipilihnya 120 responden artinya sudah sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

3.7 Metode Pengumpulan Data
            Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner dibuat dengan menggunakan pertanyaan terbuka, yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan untuk menjelaskan identitas responden, dan pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang meminta responden untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia dari setiap pertanyaan. Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala Likert dengan skor pertanyaan yang diberikan kepada responden, yaitu :
 Tabel 3.2
SS
Sangat Setuju
Skor
5
ST
Setuju
Skor
4
CS
Cukup Setuju
Skor
3
TS
Tidak Setuju
Skor
2
STS
Sangat Tidak Setuju
Skor
1
Penentuan skor


            Sumber : Sugiyono (2016:239)                                  

3.8 Jenis dan Sumber Data
            Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu jenis data berdasarkan sifatnya dan berdasarkan sumbernya.
3.8.1 Berdasarkan sifatnya
            Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 jenis data yaitu:
1)      Data kuantitatif adalah data berbentuk angka yang dapat dinyatakan dan diukur dengan satuan hitung (Sugiyono, 2016:13). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel sebanyak 110 responden berdasarkan kuisioner yang akan di sebarkan dimana Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Cukup Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1 yang nantinya angka – angka tersebut akan diolah pada teknik analisis data;
2)      Data kualitatif adalah data berbentuk kata, kalimat dan skema (Sugiyono, 2016:13). Data kualitatif dalam penelitian ini adalah wawancara secara langsung kepada konsumen yang telah melakukan pembelian terhadap smartphone Oppo di Kota Denpasar untuk mendapat penilaian tentang baik atau tidaknya word of mouth dan brand image yang dikatakan secara langsung maupun tidak langsung oleh konsumen.
3.8.2 Berdasarkan sumbernya
            Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam data yaitu data primer dan data sekunder.
1)      Data primer adalah data langsung yang diperoleh dari lokasi penelitian yaitu hasil penyebaran kuesioner terhadap responden yang pernah melakukan pembelian smartphone Oppo dan masih menggunakan smartphone Oppo tersebut, pertanyaan kuesioner mengenai word of mouth dan brand image terhadap niat beli produk smartphone Oppo;
2)      Data sekunder adalah data yang bukan diperoleh secara langsung oleh peneliti, melainkan dilakukan oleh pihak lain atau lembaga tertentu. Data yang dimaksud seperti cara – cara atau media promosi yang telah dilakukan oleh perusahaan.




3.9 Instrumen Penelitian
3.9.1 Uji validitas
            Uji validitas bertujuan untuk memeriksa apakah indikator pada kuesioner sebagai alat ukur sudah tepat sehingga mendapatkan hasil yang valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2016:172). Teknik korelasi untuk menentukan validasi item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validasi yang tinggi pula. Variabel-variabel terukur dikatakan valid jika memiliki koefisien korelasi ( r ) hitung ≥ 0,3. Jika korelasi antara butir dengan skor total ≤ 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid (Sugiyono, 2016:188).
3.9.2 Uji reliabilitas
            Instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2016). SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70. Tahap berikutnya setelah diketahui validasi dan reliabilitas instrumen penelitian adalah analisis data.



3.10 Teknik Analisis Data
3.10.1 Analis jalur (path analysis)   
            Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur.  Analisis jalur digunakan untuk menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis. Riduwan dan Kuncoro (2011:2) menyatakan analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas terhadap variabel terikat.
            Dasar perhitungan koefisien jalur adalah analisis korelasi dan regresi dan dalam perhitungan menggunakan program SPSS for windows. Riduwan dan Kuncoro (2011:152) menyebutkan langkah-langkah dalam menganalisis data dengan menggunakan path analysis sebagai berikut :
1)      Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural
Langkah pertama analisis jalur adalah merumuskan hipotesis dan model persamaan struktural yang ada.
a)      Variabel (X), berpengaruh terhadap variabel (Y2)
b)      Variabel (X), berpengaruh terhadap variabel (Y1)
c)      Variabel (Y1), berpengaruh terhadap variabel (Y2)
d)     Variabel (X) berpengaruh terhadap variabel (Y2) melalui variabel (Y1)
(1)   Persamaan Sub-struktural 1
(2)   Persamaan Sub-struktural 2
Keterangan :
X                     = kualitas produk
Y1                    = brand image
Y2                    = niat beli
        = koefisien regresi variabel
e                      = error
2)      Bentuk diagram koefisien jalur
a)      Pengaruh langsung (dirrect effect)
(1)   Pengaruh variabel (X) terhadap (Y1) sebesar ;
(2)   Pengaruh variabel (X) terhadap (Y2) sebesar ;
(3)   Pengaruh variabel (Y1) terhadap (Y2) sebesar .
b)      Pengaruh tidak langsung (indirrect effect)
Pengaruh variabel (X) terhadap (Y2) dengan (Y1) sebagai variabel perantara :
Pengaruh tidak langsung = ......................................(3)
c)      Pengaruh total (total effect)
Total pengaruh variabel X terhadap Y2 melalui Y1 dirumuskan sebagai berikut :
Total effect = .......................................(4)
Keterangan :
X                                 = kualitas produk
Y1                                = brand image
Y2                                = niat beli
                    = koefisien garis regresi
e1 (error1)                    = anak panah e1 yang menunjukkan jumlah varian
brand image yang tidak dijelaskan oleh kualitas
produk.
 
e2 (error2)                    = anak panah e2 yang menunjukkan jumlah varian
niat beli yang tidak dijelaskan oleh
kualitas produk.
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai persamaan struktural, maka diagram koefisien jalur dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
 
Brand Image (Y1)
Niat beli (Y2)
Word of mouth (X)
e1
e2
3)      Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan)
Uji secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut :
      H0                    : .............................................................(7)
H1                    : .............................................................(8)
a)      Kaidah pengujian signifikansi secara manual menggunakan tabel F. Jika F hitung ³ F tabel, maka H0 ditolak, artinya signifikan. Jika F hitung £ F tabel, maka H0 diterima yang berarti tidak signifikan. Dengan taraf signifikan (a) = 0,0
b)      Kaidah pengujian signifikansi program SPSS
(1)   Apabila nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau ( 0,05 £ sig ) maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak signifikan;
(2)   Apabila nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau ( 0,05 ³ sig ) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti signifikan.
4)      Menghitung koefisien jalur secara individual.
Uji secara individual ditujukan oleh tabel (coefficients). Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai berikut :
      H0        :  (tidak signifikan.......................................(9)
      H1        :   > 0 ( signifikan ) ............................................(10)
Untuk mengetahui signifikansi analisis jalur, bandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :
a)      Apabila nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau ( 0,05 £ sig ) maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak signifikan.
b)      Apabila nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau ( 0,05 ³ sig ) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti signifikan.
5)      Meringkas dan menyimpulkan
Langkah terakhir adalah meringkas hasil koefisien jalur dan memberikan interpestasi atau kesimpulan dari hasil analisis. Koefisien yang signifikan akan memperlihatkan besaran pengaruh langsung maupun tidak langsung atau menunjukkan variabel dominan maupun tidak.
3.10.2 Uji sobel
            Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan Uji Sobel (Sobel Test). Uji sobel digunakan untuk menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variable word of mouth(X) ke variabel niat beli (Y2) melalui variabel brand image (Y1). Pengaruh tidak langsung word of mouth(X) terhadap variabel niat beli (Y2) melalui variabel brand image (Y1) dihitung dengan mengalikan koefisien jalur X terhadap Y1 (a) dengan koefisien jalur Y1 terhadap Y2 (b) atau ab. Standard error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb, besarnya standard error tidak langsung (indirect effect) Sab. Adapun langkah-langkah dalam pengujian variabel mediasi (uji sobel ) antara lain:
1)      Penentuan hipotesis
Pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0   :    brand image bukan sebagai variabel mediasi variabel word of mouth terhadap niat beli produk Smartphone  Oppo.
H1   :    brand image sebagai variabel mediasi variabel word of mouth
            terhadap niat beli produk Smartphone  Oppo.
2)      Menentukan taraf nyata
Taraf  nyata yang digunakan dalam uji sobel sebesar 0,05 untuk menentukan variabel mampu dikatakan signifikan atau tidak signifikan.
3)      Menentukan daerah kritis
Z hitung ≤ Z tabel, maka H0 diterima yang berarti Y1 bukan sebagai variabel mediasi
Z hitung > Z tabel, maka H0 ditolak yang berarti Y1 merupakan variabel mediasi.
4)      Penghitungan menggunakan statistik uji.
Uji sobel dihitung dengan rumus dibawah ini:
 ..........................................................................(5)
Sig = (1 - NORMDIST(Z)) + 2)) ......................................................(6)
Keterangan:
a          =          koefisien regresi dari variabel bebas (X) terhadap variabel                           mediasi (Y1)
sa         =          standard error dari a
b          =          koefisien regresi dari variabel mediasi terhadap variabel                                dependen (Y2)
sb         =          standard error dari b
5)      Kesimpulan hasil uji
Langkah ini menginterpretasikan hasil dari pengujian variabel mediasi untuk melihat pengaruh variabel mediasi dalam memediasi variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y2). Apabila nilai kalkulasi Z lebih besar dari 1,96 (dengan tingkat kepercayaan 95 persen), maka variabel mediator dinilai secara signifikan memediasi hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas.

3.10.3 Uji VAF

Pengujian hipotesis mediasi dilakukan dengan metode VAF (Hair et al., dalam Solihin dan Ratmono, 2013). Prosedur ini dibagi menjadi dua bagian pengujian mediasi. Untuk pengujian mediasi variabel kepuasan kerja (M) pada pengaruh komunikasi (X) terhadap kinerja karyawan (Y), pertama, pengaruh langsung harus signifikan (a) saat variabel kepuasan kerja (M) belum dimasukkan ke dalam model. Kedua, setelah variabel kepuasan kerja (M) dimasukkan ke dalam model, maka pengaruh tidak langsung (b x c) harus signifikan. Setiap jalur yaitu b dan c harus signifikan untuk memenuhi kondisi ini. Apabila ternyata pengaruh tidak langsung hasilnya signifikan, maka hal ini menunjukkan bahwa variabel pemediasi mampu menyerap atau mengurangi pengaruh langsung pada pengujian pertama. Ketiga, menghitung Variance Accounted For (VAF) dengan rumus pengaruh tidak langsung dibagi pengaruh total (pengaruh langsung ditambah pengaruh tidak langsung).
VAF menjadi ukuran seberapa besar variabel pemediasi mampu menyerap pengaruh langsung yang sebelumnya signifikan dari model tanpa pemediasi. Untuk model pada Gambar 4.1, VAF dapat dihitung dengan (b x c)/(a + b x c). Apabila nilai VAF di atas 80 persen, maka menunjukkan peran Y1 sebagai pemediasi penuh (full mediation). Selanjutnya apabila nilai VAF di antara 20 persen hingga 80 persen, maka dapat dikategorikan sebagai pemediasi parsial (partial mediation). Namun, apabila nilai VAF kurang dari 20 persen, maka dapat dijelaskan bahwa hampir tidak ada efek mediasi (Hair et al., dalam Sholihin dan Ratmono, 2013).














DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A., Keller, Kevin Lane. 2010. Consumer Evaluation of Brand Extension. Journal of Marketing. 54(1), pp: 27-41
Aberdeen, N. I., Syamsun, M., & Najib, M. (2016). The effect of brand awareness and image on consumer perceived quality and purchase intension : A study case of carbonated drink brand at Bogor City. International Journal of Scientific and Research Publications, 6(8), 441–446.
Aditya, Kadek Yoga dan Wardana, I Made. 2017. Peran Brand Equity Dalam Memediasi Pengaruh Word Of Mouth Terhadap Niat Beli. E-Jurnal Manajemen UNUD, 6(2) hal: 830-856.
Ago, Gordius., Suharno., Sri Mintarti., Sugeng Hariyadi. 2015. Effect of Product Quality Perception, Trust, and Brand Image on Generic Drug Buying Decision and Consumer Satisfaction of Hospital Patients in East Kalimantan. European Journal of Business and Management, Vol.7 No.14, pp. 50-68.
Alfina, I., Ero, J., Hidayanto, A. H., Shihbab, M. R. 2014. The Impact of Cognitive Trust and e-WOM on Purchase Intention in C25 e-Commerce site. Journal of Computer Science. 10(12), pp: 2518-2524.

Algood, C. L., Harris, C., & Hong, J. S. (2013). Parenting success and challenges for families of children with disabilities: An ecological system analysis. Journal of Human Behavior in the Social Environment, 23, 126- 136.

Arimbawa, I Gede Sueca dan Ni Wayan Ekawati. 2017. Pengaruh Penerapan Green Marketing Terhadap Citra Merek dan Keputusan Pembelian Produk. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.6 No.5, hal. 2582-2608.

Aristyowati, Novida., Maria Magdalena Minarsih., Aziz Fathoni. 2015. Effect of Quality Products, Brand Image and Price Towards Purchase Decision (Studies in Buyer OBH Combi in Pharmacies in Semarang. Journal of Management, Vol.1 No.1.
Asosiasi Jasa Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. 2016. Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia. https://www.apjii.or.id/survei2017. Diakses 12 September 2018.
Dana Iswara, I Gede Agus dan Jatra, I Made. 2017. Peran Brand Image Dalam Memediasi Pengaruh Electronic Word Of Mouth Terhadap Purchase Intention (Studi Kasus Pada Produk Smartphone Samsung di Kota Denpasar). E-Jurnal Manajemen UNUD, 6(8) hal: 3991-4018.
Darmadi Durianto, Sugiarto dan Tony Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Dewi, Sutrisna. 2007. Komunikasi Bisnis. Edisi 1. Penerbit: C.V Andi Offset. Jakarta.
Durrani, Baseer Ali, Msc., Senior Lecturer Danish Iqbal Godil, M-Phil., Senior Lecturer Mirza Uzair Baig, Msc., Senior Lecturer Sana Sajid, Mba. 2015. Impact of Brand Image on Buying Behaviour Among Teenagers. European Scientific Journal, Vol.11 No.5, pp.155-168.

Dwi Putr, Made Caesar Surya dan Ekawati, Ni Wayan. 2017. Pengaruh Inovasi Produk, Harga, Citra Merk dan Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan Sepeda Motor Vespa. E-Jurnal Manajemen UNUD. 6(3), hal: 1674-1700.
Fandy Tjiptono, 2005. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publising.
Fan, Yi-Wen and Yi-Feng Miao. 2012. Effect of electronic word-of-mouth on consumer Purchase Intention: the perspective of gender differences. International Journal of Electronic Business Management. 10(3), pp. 175-181.
Faresha, Karlina Siti dan Dimas Hendrawan. 2017. Pengaruh Electronic Word of Mouth Terhadap Purchase Intention yang Dimediasi oleh Variabel Brand Image Pada Situs Travel Online Traveloka (Studi Pada Pengguna di Kota Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Brawijaya, 2 (7), hal.1-10
Febriana, L., and Rumyeni. 2016. The Influence of Word Of Mouth Communication towards Brand Image of Iphone on Student of Political Science and Social Science Faculty University of Riau. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 3(2):1-15.
Godey, Bruno., Daniele Pederzoli., Gaetano Aiello., Raffaele Donvito., Priscilla Chan., Hyunjoo Oh., Rahul Singh., Irina I. Skorobogatykh., Junji Tsuchiya., Bart Weitz. 2012. Brand and Country of Origin Effect on Consumers’ Decision to Purchase Luxury Products. Journal of Business Research, Vol.65, pp. 1461-1470.
Hamouda, Manel dan Tabbane, Rym Srarfi. (2013). Impact of Electronic Word of Mouth Evaluation on Purchase Intention: The Mediating Role of Attitude toward the Product. International Journal of Online Marketing. 3(2), 20- 37.
Haryantana, I Putu Gede Handre dam Ni Wayan Ekawati. 2017. Pengaruh Celebrity Endorser, Brand Image, dan Persepsi Kualitas Terhadap Niat Beli Sepeda Motor Honda Scoopy di Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.4 No.9, hal. 2806-2830.
Herr, P.M., Kardes, F.R. and Kim, J. (1991) Effects of word-of-mouth and product attribute information on persuasion: an accessibility-diagnosticity perspective. Journal of Consumer Research. 17, 454–62.
Indriani, Anak Agung Sagung Istri & Nurcaya, I Nyoman. 2015. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Word of Mouth yang Dimediasi oleh Kepercayaan Pelanggan pada PT Auto Bagus Rent a Car Denpasar. E-Jurnal Manajemen Unud, 4 (5), 1301-1321.

International Data Corporation. 2018. Smartphone Vendor Market Share, 2017 Q4. https://www.idc.com/promo/smartphone-market-share/vendor. Diakses 11 September 2018.
Jalilvand, Mohammad Reza, Neda Samiei. 2012. The Effect of Electronic Word of Mouth on Brand Image and Purchase Intention. Marketing Intelligence & Planning, 30 (4), pp: 460-476.
Kinnear, Thomas C, dan Taylor, James R. 1995. Riset Pemasaran, Edisi tiga. Jakarta, Erlangga.
Kotler, Philip, dan Gary Armstrong 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1. Erlangga : Jakarta.

Kotler, Philip dan Keller, 2009. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Erlangga, Jakarta.
Littlejohn, Stephen dan Karen Foss. 2014. Teori Komunikasi. Dialih bahasakan oleh: Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Madahi, Abdolrazagh, Sukati, Inda. (2012). The effect of external factors on purchase intention amongst young generation in Malaysia. International Business Research, 5(8), 1-7. Meenaghan
Mantauv, Citra Suci. 2014. Pengaruh Brand Image dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota Rush dengan Variabel Intervening Kepuasan Konsumen. E-Jurnal Apresiasi Ekonomi, Vol.2 No.2. hal. 81-88.  
Mihalcea, Raluca & Iacob, Catoiu. 2008. Consumer Identity And Implications For The Brand Annales. University Apulensis Series Oeconomica, Faculty of Sciences. 2(10), pp:1-50.
Permadi, Prima C., Srikandi K., dan Andriani K. 2014. Pengaruh Citra Merek Terhadap Word Of Mouth dan Keputusan Pembelian (Survei pada Konsumen Dapoer Mie Galau Jalan Selorejo 83 Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 10 (1), hal.2-7.
Peter, J. P., & Olson, J. C. (2008). Consumer behavior and marketing strategy (8th ed.). Singapore: McGraw-Hill.
Pertiwi, Komang Yulia., Sukawati, Tjok Gede Raka. 2017. Brand Image memediasi WOM terhadap Niat Beli Menggunakan Wedding Service di Cahaya Dewi Beauty Salon Denpasar. E-Jurnal Manajemen UNUD. 6(5), hal: 2609-2641.
Prasetyo, Ketut., Suryadi, Nanang. 2014. Pengaruh Electronic Word Of Mouth di Media Sosial Twitter Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Restoran Cepat Saji Hoka - Hoka Bento. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya. 2(1).
Putra, Triya Darma I.K dan Eka Sulistyawati, 2015. Peran Brand Image dalam Memediasi Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Niat Beli. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana. 4(6), hal 1722-1734
Rahi, Samir. 2016. Impact of Customer Perceived Value and Customer’s Perception of Public Relation on Customer Loyalty with Moderating Role of Brand Image. Journal of Internet Banking and Commerce. 21(2).
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2011. Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis (analisis jalur). Bandung : Alfabeta.

Rares, Angelina dan Rotinsulu Jopie Jorie. 2015. Pengaruh Harga, Promosi, Citra Merek dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Toko Bengkel Gaoel Manada Town Square. Jurnal EMBA, Vol.3 No.2, hal. 592-604.
Romdonah, Rinda., Azis Fathoni SE. MM,. Andi Tri Haryono SE. MM. 2015. Pengaruh Inovasi Produk, Harga dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda Beat (Studi Kasus pada Konsumen Dealer Honda Pratama Kurnia Kasih). Journal of Management, Vol.1 No.1.
Rumahak, M. Dian., Rahayu, Budi. 2016. Pengaruh Word of Mouth terhadap Purchase Intention melalui Brand Image pada Lembaga Kursus Bahasa Inggris Dynamic English Course Pare. Jurnal Ekonomi Universitas Kediri. 1(2),hal :118-204.
Ruslim, Tommy Setiawan dan Richard Andrew. 2012. Pengaruh Brand Image dan Product Knowledge Terhadap Purchase Intention (Kasus: Kosmetik Merek “X”). Media Bisnis Universitas Tarumanegara, 4 (1), h: 34-44
Saba, Anwar Khan., Ramzan, Naveed., Shoaib, M., Mohyuddin, Adam. 2015.  Impact Of Word Of Mouth On Consumer Purchase Intention. SCI.Int (Lahore). 27(1) pp:479-482.
Saraswati, Agung Ratih dan Ketut Rahyuda. 2017. Brand Image Memediasi Kualitas Produk dan Harga dengan Keputusan Pembelian Smartphone Apple di Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.6 No.6, hal. 3252-3282.
Schiffman dan Kanuk. 2008. Perilaku konsumen. Edisi 7. Jakarta: Indeks
Sekaran, Uma. 2003. Research Metods For Business. New Jersey : Jhon Willey & Sons Inc.
Shah, S., Aziz, J., Jaffari, A. R., Waris, S., Ejaz, W., Fatima, M., et al. (2012). The impact of brands on consumer purchase intention. Asian Journal Of Business Management, 4(2), 105-110
Shimp, Terence A. 2014. Intergrated Marketing Communication in Advertising and Promotion. Salemba Empat. Jakarta.
Silverman, George. 2001. The Secret of Word-of-Mouth Marketing: How to Trigger Exponential Sales through Runaway Word-of-Mouth. New York: AMACOM (American Management Association) Books.
Statista. 2018.  Smartphone/mobile phone market share worldwide by vendor 2009 - 2017. https://www.statista.com/statistics/271496/global-market-share-held-by-smartphone-vendors-since-4th-quarter-2009/. Diakses 11 September 2018.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryani, Tatik. 2013. Perilaku Konsumen di Era Internet.Yogyakarta : Graha Ilmu
Tjokroaminoto, Jesicca dan Kunto, Yohanes Sondang. 2014. Analisis Pengaruh Brand Image dan Company Image Terhadap Loyalitas Retailer Studi Kasus PT Asia Paramita Indah. Jurnal Manajemen Pemasaran. 2(1), Hal. 1-11
Torlak, Omer, Behcet Yalin Ozkara, Muhammet Ali Tiltay, Hakan Cengiz, Mehmet Fatih Dulger. 2014. The Effect of Electronic Word of Mouth on Brand Image and Purchase Intention: An Application Concerning Cell Phone Brands for Youth Consummers in Turkey. Journal of Marketing Development and Competitiveness. Vol 8(2) pp:61-68.
Wahyuni, Ni Luh Gede dan Gede Suparna. 2014. Pengaruh Brand Image dan Product Knowledge Terhadap Purchase Intention Produk Tas Tiruan Di Kota Denpasar. E-Journal Universitas Udayana, 3 (4), h: 1022-1034.
Wang, Ya-Hui., Cing-Fen Tsai. 2014. The Relationship Between Brand Image and Purchase Intention: Evidence From Award Winning Mutual Funds. The International Journal of Business and Finance Research, 8 (2), pp: 27-40
Weli Moksaoka, I Made dan Rahyuda, I Ketut. 2016. Peran Brand Image Dalam Memediasi Country Of Origin Terhadap Purchase Intention. E-Jurnal Manajemen Unud. 5(3), hal: 1690-1716.
Wibowo, Setyo Ferry., Elsyana Purnama Sari., Basrah Saidani. The Effect of Trust and Brand Image on Purchase Decree (US Toyota Car Survey in Jakarta Region). Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), Vol.8 No.2, pp. 317-337.
Wijaya, Bambang Sukma. 2013. Dimensions of Brand Image : A Conceptual Review from the Perspective of Brand Communication. European Journal Business and Management, Vol.5 No.31, pp. 55-65.

Yee, Karen Lim Lay, et al. 2011. Factors Affecting Smartphone Purchase Decision Among Malaysian Generation Y. International Journal of Asian Social Science. 3(12) pp: 2426-2440.
















Lampiran – lampiran
Lampiran 1

       KUESIONER

Peran Brand Image Memediasi Pengaruh Word Of MouthTerhadap Niat Beli
 (Studi Pada Produk Smartphone Oppo Di Kota Denpasar)
 

KepadaYth:
Bapak/Ibu/Saudara/i
Konsumen Wardah Kosmetik
di Tempat

Dengan hormat, bersama ini saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama                           : Ni Komang Triani Wahyuni Dewi
NIM                            : 1515251121
Fakultas/Universitas    : Ekonomi dan Bisnis/Universitas Udayana
Program Studi             : Manajemen/Pemasaran
               Saat ini sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “Peran Brand Image Memediasi Pengaruh Word of Mouth Terhadap Niat Beli (Studi pada Produk Smartphone Oppo Di Kota Denpasar)”. Untuk maksud tersebut, saya mohon kepada Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan mengisi kuesioner ini dengan lengkap, jujur dan tanpa dipengaruhi oleh pihak lain. Kuesioner ini dipergunakan sepenuhnya untuk kepentingan ilmiah dan saya berjanji untuk menjaga kerahasiaan dari kuesioner ini.
               Atas kerjasama, bantuan perhatian, serta waktu luang yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan, saya ucapkan terima kasih.

   Denpasar, 1 November 2018
                                                                                    Hormat saya,



Ni Komang Triani Wahyuni Dewi
                                                                                      NIM.1515251121

A.  IDENTITAS RESPONDEN
Nama                      : ……………………………………………………………
Alamat                    : ……………………………………………………………
Berilah tanda (X) pada jawaban yang anda pilih.
1.         Umur   :
a.       18-23 tahun                                               d. 37-44 tahun
b.      23- 30 tahun                                              e. > 44 tahun
c.       30- 37 tahun
2.      Pendidikan :
a.       SMA/SMK                                                c. S1
b.      Diploma                                                    d. Lainnya.........
3.         Pekerjaan
a.       Pelajar/Mahasiswa                         d. Wiraswata
b.      Pegawai Negeri Sipil                                 e.Lainnya...........
c.       Pegawai Swasta



B.  DAFTAR PERNYATAAN
Keterangan :
Simbol
Alternatif Jawaban
Nilai
SS
Sangat Setuju
5
S
Setuju
4
N
Cukup Setuju
3
TS
Tidak Setuju
2
STS
Sangat Tidak Setuju
1

Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda

1.    Word Of Mouth
No
Pernyataan
SS
(5)
S
(4)
CS
(3)
TS
(2)
STS
(1)
1
Saya menerima informasi dari komunikator tentang kekuatan produk/kualitas produk yang baik dari smartphone Oppo.





2
Saya mengerti tentang sebuah produk setelah melewati tahap evaluasi yang baik dari orang lain tentang smartphone Oppo.





3
Saya menerima rekomendasi dari orang lain untuk membeli produk smartphone Oppo.






2.      Brand Image

No.
Pernyataan
SS
(5)
S
(4)
CS
(3)
TS
(2)
STS
(1)
Saya tidak kesulitan membayangkan sebuah merek smartphone Oppo yang berlebel halal.





2
Smartphone Oppo memiliki kualitas produk yang dibintangi celebrity endorser lebih unggul dari produk sejenisnya.





3
Saya melihat produk smartphone Oppo yang dibintangi oleh celebrity endorser bermanfaat dan cocok dengan semua kulit.





4
Saya dapat membedakan produk smartphone  Oppo dengan produk kosmetik lainnya.







3.  Niat Beli
No.
Pernyataan
SS
(5)
S
(4)
CS
(3)
TS
(2)
STS
(1)
1.
Saya akan mencari informasi mengenai produk smartphone Oppo.





2
Saya berkeinginan untuk segera membeli smartphone Oppo.





3.
Saya memiliki preferensi bahwa mencari produk smartphone Oppo.








No comments:

Post a Comment

PENGESTAWAN PEMANGKU PEMULA - TUNTUNAN PEMANGKU RING SEJERONING NGEMARGIANG DEWA YAJNA LAN BUTHA YADNYA

PENGESTAWAN PEMANGKU PEMULA - TUNTUNAN PEMANGKU RING SEJERONING NGEMARGIANG DEWA YAJNA LAN BUTHA YADNYA (Caru Ayam Brumbun) ...